Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pajak dan Orang Mati

6 Januari 2022   19:37 Diperbarui: 6 Januari 2022   20:03 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pria itu merebut kontrak dari tanganku dan menandatanganinya dengan tergesa-gesa. Orang yang serakah.

"Pembayaran di muka," aku mengingatkannya.

Dia menggerutu sedikit, lalu menyerahkan uang tunai. "Apakah Anda membutuhkan ruang ritual, atau lilin, atau apa?"

"Tidak, aku datang dengan persiapan."

Aku mengeluarkan anglo dari tas kerjaku, meletakkannya di atas meja, dan mengisinya dengan kemenyan. Pria itu mengeluarkan pemantik rokok dari saku celana jins, menawarkannya kepadaku. Sikap yang bagus, tapi itu tidak akan memberinya diskon. Aku menyalakan anglo dan menyerahkan pemantik itu kembali padanya.

Kemenyan segera terbakar, mengeluarkan asap membumbung ke plafon sebagai jawaban atas pemanggilan arwah yang cukup mengejutkanku. Bulan lalu, aku melakukan pemanggilan hanya lima rumah dari sini dan membutuhkan setengah jam untuk mendapatkan hantu yang bersedia dipanggil.

"Apakah itu hantunya? Sudah datang?" Lelaki itu menunjuk ke arah asap yang mulai membentuk tubuh manusia.

"Rupanya ada satu yang dekat."

Terlalu dekat?

"Hei." Wajah lelaki itu menjadi sangat pucat dan keringat mulai bercucuran dari jidatnya saat dia mundur dari meja.

"Ada masalah?" Aku menjaga suaraku tetap santai saat memasukkan kontrak dan uang tunai ke dalam tas kerjaku, lalu menguncinya. Untuk berjaga-jaga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun