Lilian menyesap rokoknya, lalu mengepulkan asap perlahan dari bibir yang setengah terkatup sambil memperhatikan antrean orang yang menunggu untuk masuk ke pusat kebugaran di seberang gedung.
"Ini pusat kebugaran apa klub perempuan kelebihan berat?" tanya Kim yang sedang bersandar di dinding di sebelahnya. Matanya menatap pria berotot memakai singlet oranye dan celana legging spandex yang melintas. Langkahnya seperti model di atas pentas, lemah gemulai melambai bak nyiur di pantai ditiup angin sepoi-sepoi, sungguh aduhai.
Lelaki penjantan semakin langka di dunia ini, pikirnya sambil melakukan sedikit gerakan peregangan sebelum menyalakan batang rokoknya sendiri.
 Lilian mengangkat bahu dan meletakkan tasnya yang sebesar karung goni di lantai, menyaksikan benda di tangan temannya membara saat ujungnya yang berfilter disedot kencang. "Lu bilang lu berhenti ngerokok. Masih?"
"Bukan gitu. Resolusi Malam Tahun Baru gue ngurangin merokok. Sekarang gue merokok cuma di tempat kerja, di kafe, atau di jalan. Gue ngerokok di luar rumah, jadi enggak masuk hitungan." Tiga cincin asap susul menyusul keluar dari bibirnya yang dimonyongkan seperti sudu itik.
"Iya, gue juga dengar waktu lu bikin resolusi di pesta Andien. Tahun sebelumnya sama juga di Pizza Hut. Jadi berapa banyak lu berhasil ngurangin rokok dari tahun kemarin?" tanya Lilian sambil mengobrak-abrik karung goninya mencari permen karet.
"Gini, Lil. Ini bukan soal berapa banyak gue berhasil mengurangi rokok. Ini tentang berapa jam gue mengurangi waktu gue ngerokok. Kira-kira berkurang seperempatlah. Resolusi tercapai." Kim menjentikkan abu rokoknya ke lantai selasar yang buru-buru disapu petugas kebersihan yang menutup hidung dan mulutnya dengan serbet kotak-kotak merah-biru-putih.
"Kalau menurut lu, apa ada yang benar-benar ngelakuinnya?" Lilian sedang mengawasi pintu masuk pusat kebugaran. Pintu-pintu dibuka dan antrean orang bersiap-siap untuk masuk.
"Ngelakuin apa?"
"Resolusi Malam Tahun Baru."