Malam sebelum sekolah tatap muka dimulai, aku dan putraku menonton 'Like Star on Earth' di laptop, duduk berdampingan di meja ruang keluarga sekaligus ruang makan dan dapur.
Menonton akting Aamir Khan, membuatku membayangkan diriku dengan kaki menjepit pinggang guru anakku, dan dia mendorong dengan penuh semangat.
"Mama cuci piring dulu," kataku, "kamu nonton sendiri aja, ya."
Aku membuka keran wastafel, dan mendengar Aamir Khan berkata "Aku ingin menghabiskan sisa usiaku denganmu." Wajah Aamir Khan berjerawat karena puber, tubuhnya kurus jangkung, ketika dia mengajakku menyelinap keluar lewat jendela kamar malam itu untuk menemuinya di pantai pasir hitam.
"Pak gurunya baik ya, Ma?" tanya anakku, hanya rambut ikalnya yang terlihat menyembul di atas layar laptop.
"Tentu," kataku, memasukkan piring makan ke dalam air sabun.
Setiap malam yang tersisa dari liburan aku bertemu dengannya setelah gelap, minum minuman bersoda langsung dari botol seperti orang bule dalam iklan sebelum kami melepas pakaian dan berlari memeluk ombak yang dingin. Kami saling menghangatkan setelahnya. Pasir menempel di tubuh kami yang basah.
Setelah selesai membereskan dapur, aku menyuruh anakku untuk mematikan laptop.
"Sudah waktunya tidur, Sayang. Besok hari pertama sekolah."
Pagi masih buta. Aku bertanya-tanya apakah aku sudah benar-benar siap. Berias untuk pertama kalinya sejak pandemi, berjongkok di depan cermin genggam di kamar tidur sementara anakku menyikat giginya di kamar mandi.