Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Semesta Sejajar

15 September 2021   20:54 Diperbarui: 15 September 2021   21:05 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gerbang itu berkilauan seperti piring logam cair yang bergejolak.

Meski bukan barang baru, perjalanan antar dimensi masih membuat Mahiwal takjub. Pikirannya mengingat fakta bahwa, meskipun mereka menjelajah dunia yang sama sekali belum pernah dikunjungi manusia, tapi tempat yang mereka datangi adalah lokasi yang sama di alam semesta, titik waktu yang waktu yang sama. hanya dimensi yang berbeda, yang membutuhkan waktu untuk dipelajari.

Dia menatap ke belakang, menyaksikan satu per satu anggota tim lainnya menembus gerbang, tak berdaya untuk menghentikan mereka. Ekspresi terkejut di setiap wajah mereka saat melangkah mengingatkannya pada saat pertama kalinya seseorang mencoba perjalanan antar dimensi.

Tim pertamanya jauh lebih muda saat itu. Tertawa gugup ketika menarik sedotan plastik, mengundi siapa yang akan menjadi orang pertama yang melintasi gerbang.

Semua orang mengaku ingin menjadi yang pertama, tetapi ketika sedotan panjang berada di tangan mereka, justru mereka mengembuskan napas lega. Mahiwal mendapat sedotan pendek dan menjadi yang pertama melewati gerbang sejak saat itu.

Dia mulai menggigil kedinginan.

Besarnya energi yang dibutuhkan dalam membentuk portal dimensi memaksa tim eksplorasi untuk melakukan perjalanan dengan cepat. Protokol keselamatan ditetapkan sehingga setiap anggota tim siap menghadapi segala kemungkinan yang mungkin terjadi, baik lingkungan buruk maupun musuh pribumi.

Mahiwal berpikir bahwa ini adalah salah satu skenario yang tidak pernah muncul selama simulasi.

Dia ingin berteriak dengan harapan seseorang akan mendengarnya, tetapi dia tahu itu sia-sia. Melayang menjauhi gerbang dan tanpa udara, ruang hampa udara sangat sunyi. Anggota timnya menyebar seperti butir percikan air yang jatuh ke tanah keras, melayang menjauh dari gerbang, menjauh satu sama lain.

Dia akhirnya menyadari bahwa senapan laser yang dipegangnya erat-erat menempel ke tubuhnya tak ada gunanya sama sekali lalu melepaskannya, membiarkannya hanyut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun