Pada suatu pesta, sebatang rokok di tangan, gaun berpayet yang memantulkan cahaya lampu sorot.
Ada tangan yang menepuk bahumu, tapi kamu tidak menoleh. Sebuah suara---suaramu---berbisik, dan sebuah tangan terulur di atas bahumu menunjuk seorang pria di seberang ruangan.
"Dia orangnya," kata suaramu.
Kamu menyesap asap rokok, membawanya dalam-dalam masuk ke alveolus paru-paru.
Dia tinggi kurus. Wajahnya yang tirus membuatmu penasaran. Jadi itulah bibir yang akan kamu cium, tangan yang akan membelaimu, mata yang akan membuatmu mengerti dunia.
Masa depanmu hadir seperti kamu melihatnya dari kaca spion. Terlihat jelas bagai spesimen ditilik dengan mikroskop laser, sangat dekat bagai diintip dengan teleskop bintang.
Hal-hal terdekat tampak jauh tak terjangkau.
Lampu strobo berkedip membuat ilusi pecah berantakan. Rokok berganti sikat gigi, gaun berpayet bertukar daster usang. Dia tak lagi di depanmu, tetapi di belakang, melihat kamu di cermin sedang menggosok gigi.
'Kalian' telah menjadi telah menjadi 'kita' selama lima belas tahun sampai hari ini. Malam ini dan malam sebelum ini  adalah malam di rumah, secangkir kopi dan makan malam sambil menonton berita di televisi. Malam ini, setelah ini, akan menjadi tempat tidur 'kita'. Bibir, tangan, mata, dan kemudian tidur panjang yang lelap.
Di pesta itu tidak ada yang menepuk pundakmu untuk menunjukkan dia. Kamu menghampirinya, dan ketika kamu menyapa, belum ada kepastian bahwa hidup kalian akan mengarungi masa lebih dari satu malam.