Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jadwal Acara Televisi

30 Agustus 2021   22:12 Diperbarui: 30 Agustus 2021   22:20 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
padang.tribunnews.com

Untunglah Dono punya sedikit uang ekstra di rekening bank, karena, setidaknya untuk sementara sepertinya rumahtangganya yang dipertaruhkan ketika Senin tiba. Dan itu semua karena sinetron sialan itu, meskipun Shelomita istrinya bilang gara-gara dia pelit dan tidak membelikannya TV untuk kamar tidur seperti yang dia minta.

Sudah lebih dari seminggu Shelomita terobsesi dengan jalinan silang sengkarut yang ruwet yang terjadi di 'dunia Aldo dan Adenna' dari kanal televisi terkutuk, dan hampir tidak bisa melakukan apa pun selain menonton 'liputan bocoran sbelum tayang' dari pagi hingga malam.

Sesuatu tentang 'orang-orang' itu dan 'perjuangan mereka' telah mengubah jiwa istrinya, dan setelah beberapa hari dia mengadopsi tujuan mereka sebagai tujuannya.

Dono mulai berpikir dia mengalami gangguan saraf atau semacamnya. Demi Tuhan, Shelomita bukan jenis dari 'dunia Aldo dan Adenna'. Dia bahkan tidak mengenal mereka. Shelomita sama seperti Dono. 

Mereka berdua tumbuh di sini, di pelosok pegunungan Bukit Barisan, Sumatera. Tapi, istrinya telah berhenti melakukan pekerjaan rumah tangga atau kebun, berhenti menjawab panggilan telepon dari teman-temannya, tidak meninggalkan rumah selama berhari-hari.

Ketika Dono pulang pada hari Jumat, dia menemukan bahkan dia belum berganti daster yang dipakainya dari hari Selasa, duduk di ruang keluarga sepanjang hari, terus-menerus memutar ulang tayangan beberapa episode yang diunduhnya dari internet, video dan analisis komentator. 

Shelomita hanya akan meninggalkan TV cukup lama untuk pergi ke kamar mandi, atau untuk memanaskan sesuatu untuk makan dengan cepat, masuk dan keluar dari pintu dapur ke ruang keluarga sehingga dia tidak akan melewatkan apa pun.

Hampir saja dia membuat rumah terbakar karena memanaskan sayur lodeh hingga kering dan asap mengepul ke seluruh penjuru rumah, menyesakkan paru-paru karena dia terganggu oleh wawancara penggemar di televisi dan lupa bahwa dia meletakkannya di kompor.

Dan sekarang hari Senin. Dono telah memperkirakan bahwa sinetron kesayangan Shelomita akan tayang. Tapi ini Senin Malam. Bukan sembarang Senin malam, ini adalah Senin Malam Grand Final Bintang Dangdut!

Selama sepuluh tahun pernikahan mereka, Dono selalu, SE-LA-LU, menonton semua acara festival musik terutama dangdut di TV. Ini adalah fakta yang nyata, aturan yang tidak bisa dilanggar, bahkan mungkin menjadi dasar pernikahan mereka.

Hampir setiap tahun, mereka mengundang tetangga. Shelomita membuat camilan, mereka membuat pestanya. Itu adalah tradisi, untuk bernyanyi dengan suara keras!

Tapi tahun ini, ketika Dono menyela acara sinetron pada hari Minggu untuk bertanya tentang Grand Final Bintang Dangdut, dia mendapat tatapan setajam arit dari Shelomita yang membuatnya merinding ketakutan.

Dia bukanlah perempuan seranjang seselimut yang dikenalnya selama bertahun-tahun. Dia adalah seorang fanatik ceking bermata cekung.

"Bintang Dangdut?" serunya. "Bintang Dangdut? Bagaimana Mas bisa berpikir bahwa penampilan mengerikan berlebihan dari orang-orang yang ingin terkenal menjual suara ketika jiwa-jiwa malang ini---sambil melambaikan tangan ke TV--- mempertaruhkan semua yang mereka miliki, bahkan hidup mereka, semua untuk hal sederhana untuk mengatakan apa yang mereka inginkan, ketika mereka ingin ... Ya, Tuhan, aku pikir Mas adalah lelaki yang lebih baik dari itu!"

Dono mundur dan pergi ke gudang di mana dia bisa berpikir. Apa yang merasuki perempuan ini? Dia berbicara seperti salah satu orang gila yang dia lihat di emperan koperasi unit desa, meminta tanda tangan untuk petisi tentang kebakaran hutan, dan hal-hal lain.

Seluruh kekacauan 'Dunia Aldo dan Adenna' bukan salahnya. Mengapa mereka tidak membela diri mereka sendiri seperti yang dilakukan nenek moyang kita saat melawan penjajah? Mengambil kesempatan dan menjilat siapa pun yang berwenang untuk sukses jika itu mampu menyelesaikan masalah besar?

Sial. Dia selalu berpikir bahwa Shelomita menyukai ajang Festival Bintang Dangdut.

Dono duduk di meja kerjanya di gudang, berpikir, lalu membuat rencana.

Pada hari Senin pagi, dia pergi ke toko elektronik di kota tepat ketika mereka baru membuka pintu, dan membawa pulang TV layar datar baru untuk kamar tidur.

Tidak bisa diceritakan bagaimana sambutan istrinya. Shelomita memeluknya kuat-kuat begitu TV baru itu menyala, memindahkannya ke saluran yang menayangkan sinetron sialan itu dan menjatuhkan dirinya ke atas kasur.

Keseimbangan dipulihkan. Dono sekali lagi memiliki kendali atas ruang keluarga dan TV di depan sofanya yang besar.

Dia harus menggoreng camilannya sendiri, tetapi dia menyaksikan semua penampil dan juri dan seluruh acara dengan tenang. Di penghujung malam, dia mematikan semua lampu dan masuk ke kamar tidur, menyadari bahwa dia merasa sedikit bersalah tentang orang-orang di 'Dunia Aldo dan Adenna' dan bertanya-tanya apakah Shelomita akan memiliki perkembangan baru untuk diceritakan padanya seperti biasa.

Tapi istrinya tertidur dengan TV menyala, bukan di saluran sinetron atau acara gosip sama sekali, melainkan akhir dari tayangan ulang komedi yang menyedihkan, diputar di saluran yang tak pernah mereka tonton sebelumnya.

Sambil menghela napas, Dono duduk di ujung ranjang untuk menonton, masih penasaran bagaimana keadaan Aldo dan Adenna.

Bandung, 30 Agustus 2021

Sumber ilustrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun