Terdengar ketukan ringan di pintu kantornya yang terbuka. Dia berbalik untuk melihat perawatnya berjalan ke ruangan memegang catatan medik.
"Pasien berikutnya," katanya, "Kulit terkelupas dan gatal-gatal di antara jari-jari kaki, sepertinya kutu air." Lalu dia berhenti, menatap wajahnya.
"Dokter baik-baik saja?"
Dia tersadar dari lamunannya. Susi telah menjadi perawatnya selama lima belas tahun dan bisa membaca pikirannya.
"Aku baik-baik saja," jawabnya cepat sambil tersenyum.
Susi menatapnya dengan curiga, lalu mengangkat bahu dan berbalik untuk pergi.
"Kerja lagi, yuk," dia berkata, "Mungkin kita bisa pulang tepat waktu sekali-sekali." Dia memperhatikannya pergi lalu menunduk untuk membaca rekam medik pasien. Tetap saja dia harus membacanya sendiri.
Dr. Sonya membolak-balik catatan yang bertulisan tangannya. Dia mengenal pasien dengan baik, telah merawatnya selama bertahun-tahun. Hipokondria, tetapi bukan yang buruk. Dia datang untuk setiap rasa sakit, tapi dia selalu menerima kata-katanya jika benar-benar tidak ada yang salah. Dr. Sonya bertanya-tanya apakah pasien itu akan cocok dengan penggantinya, siapa pun itu.
Dia lagi-lagi menatap ponselnya, memikirkan beberapa hal yang dikatakan, tentang kata-kata yang sering diucapkannya kepada pasien, tapi tidak pernah dia bayangkan akan ditujukan padanya sendiri. Kata-kata seperti "menyebar", "metastasis", dan "terapi paliatif."
Hah ... paliatif! Tidak ada yang lucu tentang memompa semangat pada orang untuk menambah beberapa bulan kesengsaraan lagi.
Dr. Sonya sudah tahu bahwa dia tidak akan melakukan itu. Dia tidak ingin melalui jalan itu.