Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Viral

7 Agustus 2021   20:26 Diperbarui: 7 Agustus 2021   20:39 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membosankan!

Tinggal satu pilihan yang layak untuk proyek kecilnya. Luana harus fokus pada keluarganya.

Dia menyelinap ke ruang keluarga dan memfilmkan Papa yang berbaring di kursi malas memakai celana pendek. Remahan rengginang bertabur di perutnya, dengan kaleng minuman di satu tangan dan remote control di tangan lainnya. Luana senang bisa mengambil video Papa dalam keadaan santai.

Saat itu Luana sama sekali tidak menyadari bahwa yang dia filmkan akan menjadi dokumentasi sejarah untuk dilihat anak dan cucu kelak. Dia hanya berpikir bahwa lucu sekali ketika Papa mengupil dan menggosok benda itu di karpet di samping kursi.

Luana kemudian menyelinap ke atas dan diam-diam menjulurkan kepalanya, dan juga i-Phone dengan kamera menyala, ke kamar abangnya. 

Hendra sedang mendengarkan musik di headphone-nya dan bermain game di laptopnya. Setiap sepuluh detik (atau lebih), Hendra mengangkat separuh pantatnya dari kursi dan melepaskan gas dengan suara membahana. Luana berhasil mengabadikan semuanya di kamera.

Selanjutnya, dia berjingkat-jingkat ke kamar Papa dan Mama. Mama sedang mandi di pancuran air panas. Dari balik kaca pintu kamar mandi, Luana mendapatkan beberapa rekaman bagus Mama sedang bernyanyi di kamar mandi. Luana tahu bahwa Mama akan bangga dengan suaranya yang jernih di video, mengingat suaranya menggema di dinding dan lantai keramik. Namun Luana sedikit kecewa karena tubuh Mama buram disebabkan pintu kamar mandi yang berkabut.

Akhirnya, demi sempurnanya karya filmnya, Luana menghadapkan ke kamera, memperkenalkan dirinya kepada 'pemirsa' dan memberikan sedikit info tentang keluarga. Tak lupa menyebutkan alamat dan nomor telepon Papa yang baru saja dia ingat Kamis kemarin sebagai tugas dari bu guru.

Luana membawa iPhone ke kamarnya dan menjatuhkan diri di tempat tidur untuk meninjau apa yang telah dia rekam. Di sanalah dia menemukan bahwa aplikasi pengeditan juga memungkinkan dia menambahkan narasinya sendiri, yang dia lakukan dengan antusias. Memperkenalkan anggota keluarganya saat mereka muncul di layar untuk pertama kalinya, dan menjelaskan apa yang mereka lakukan di layar, hanya kalau-kalau layar ponsel terlalu kecil untuk dilihat orang.

Keterangan tentang Papa: "Upil Papa yang terbesar yang pernah dia korek, menurutku, sih."

Untuk abangnya: "Hai penonton! Kalian tau, nggak? Kentut Abangku baunya ngalah-ngalahin wangi aromaterapi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun