Dia melirik arlojinya dan hampir menghela nafas lagi. Masih banyak waktu yang tersisa hingga akhir pertemuansesuai jadwal. Dia merasakan energinya terkuras detik demi detik.
Bagaimana dia bisa melewati sisa item yang diketik dengan rapi di depannya?
Kemudian, tiba-tiba, seperti sambaran petir dari langit, dia menyadari bahwa-ya, dia adalah ketua panitia-dia bisa melakukan apapun yang dia mau.
Dia mengambil palu kayu kecilnya dan melihat sekeliling meja.
"Saya sudah mendapat kesimpulan dari kalian, anak-anak cengeng yang menyebalkan," katanya. "Mengapa kalian semua tidak pulang dan memikirkan betapa egoisnya kalian, dan kemudian kembali bulan depan dan bertingkah seperti orang dewasa?"
Tentu saja dia tidak mengatakan itu sama sekali. Dia hanya berpikir untuk mengatakannya. Apa yang sebenarnya dia katakan adalah, "Kalian tahu, teman-teman? Saya baru saja memutuskan bahwa kita telah melakukan cukup banyak untuk hari ini, saya akan menyusun laporan untuk bulan depan. Saya akan menantikan kalian semua saat itu. Rapat ditunda!"
Dia memukul palu di atas meja, mengumpulkan kertas-kertasnya dengan cepat dan bangkit meninggalkan ruangan, menghindari tatapan bingung di sekelilingnya.
Dia menuju pintu, berpikir bahwa dia tidak akan pernah kembali. Namun saat dia sampai di lorong dia sudah merasa sedikit bersalah, dan ketika mencapai tangga, dia sudah mengatur ulang rencana agenda rapat yang baru di kepalanya, untuk bulan depan saat panitia berkumpul, melakukan pekerjaan yang mulia.
Bandung, 3 Agustus 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H