Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Membunuh Bapak

30 Juni 2021   21:26 Diperbarui: 30 Juni 2021   21:51 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lelaki dengan tampang kuyu itu menyerbu ke masuk ke markas polisi dan berbicara kepada salah satu polisi yang sedang bertugas: "Aku menyerahkan diri. Aku melakukan kejahatan terburuk yang mungkin dilakukan manusia. Aku tidak pantas untuk hidup lagi."

"Baiklah, apa yang telah Anda lakukan?"

"Aku melakukan perjalanan kembali ke masa lalu dan membunuh bapakku sebelum aku lahir."

Pria itu bahkan mulai menangis karena mengingat tindakan mengerikan yang telah dia lakukan.

"Saya rasa tidak mungkin melakukan apa yang baru saja Anda katakan," jawab polisi itu dengan tenang.

"Aku tahu apa yang kamu maksud. Dengan membunuh ayahku sebelum aku lahir, saya menyebabkan paradoks waktu. Bagaimanapun juga, secara logis, aku seharusnya tak ada, namun---"

"Bukan itu maksud saya. Yang ingin saya katakan adalah, tidak mungkin melakukan perjalanan waktu. Tidak ada yang namanya perjalanan waktu. Sekarang tolong, saya punya pekerjaan lain yang harus dilakukan."

"Kamu harus percaya padaku!" seru lelaki itu. Lalu sekejap mata kemudian, dia menghilang.

Polisi itu menatap tak percaya ke tempat di mana pria itu tadi berdiri, dan balik bertanya kepada rekan-rekannya:

"Kalian lihat? Apa itu?"

"Ketidaksabaran," jawab salah satu dari mereka, seorang polisi penggemar fiksi ilmiah. "Butuh beberapa saat agar paradoks waktu bekerja secara penuh."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun