Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Sekarat

4 Juni 2021   20:59 Diperbarui: 4 Juni 2021   23:45 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekarat (Sumber: Getty Images)

"Lucu. Aku seperti ingat bahwa aku sekarat," kata suamiku. "Semua orang yang kukenal datang menjengukku menjelang aku menghembuskan napas terakhir."

"Menyenangkan juga kalau semua orang datang saat kita hampir meninggal," kataku, pura-pura tersenyum. Untuk apa repot-repot mengingatkannya bahwa mimpinya belum terjadi? Setidaknya tidak untukku.

Waktunya hanya memiliki beberapa minggu lagi, dan aku tidak ingin sisa waktu itu untuk menjelaskan kepadanya bahwa itu bukanlah mimpi.

Sebaliknya, kami berjalan-jalan di tengah hujan, berlindung di bawah satu payung, dan kemudian kami kembali ke rumah dan saling berpelukan untuk mendapatkan kehangatan.

"Aku sudah tua, sama sekali tidak keberatan kalau harus mati sekarang," katanya, "tapi aku berharap kita punya anak."

Putri kami minggu depan umurnya lima puluh tahun, dan mempunyai dua anak dan satu cucu. Dia menolak untuk mengunjungi karena ayahnya tidak mengingatnya. Ayahnya tidak mengingatnya karena dia tidak ada di masa depan suamiku.

Aku memintanya untuk datang di hari kematian ayahnya, tetapi dia menolak.

"Aku tahu tidak banyak waktu tersisa," katanya, "tapi maukah kamu menikah denganku?"

"Tentu saja." kataku. Kami sudah menikah, tapi aku selalu mengatakan ya setiap kali dia bertanya.

Seminggu sebelum suamiku meninggal, anehnya dia menjadi pendiam, nyaris pemalu.

Kami sedang di dapur, dan aku sedang memasakkan sup makaroni wortel kesukaannya. Dia suka sup karena aroma rempah-rempahnya yang kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun