Dan saat itulah dia menemukan awan tempat persembunyianku. Di tengah kekacauan mengerikan yang kubuat, ransel Paramitha jatuh dan isinya tumpah berceceran di lantai.
Sebuah buku teks matematika kalkulus untuk universitas. Dompet penuh selotip dengan gambar Einstein di satu sisi dan One Piece di sisi lain. Dan ... foto Paramitha sedang tertawa bersama mendiang ibunya saat resital piano tujuh tahun lalu.
Air matanya Paramitha bercucuran membasahi lantai linoleum.
Aku mengenal tatapan itu. Kengerian ketika barang-barangmu menyebar bersama angin. Hasrat dan tekad bulat untuk menjaga kenanganmu yang paling berharga.
Aku membeku dalam waktu. Lampu kembali menyala menerangi kacau balau di sekeliling ruangan. Puting beliung mereda. Akhirnya, suara Phil Collins melantunkan Against All Odd kembali terdengar melalui pengeras suara dan orang-orang keluar.
Dan Paramitha kita yang tersayang, dengan lengan menyilang di dada dan pandangan tertuju ke lantai, menuju pintu.
Tanpa pikir panjang, aku melakukan satu trik terakhir. Diam-diam aku membuka ritsleting penutup ranselnya dan memasukkan celana jins Gucci Blind for Love, satu-satunya celana jins yang pas di pahaku dan memeluk pantatku seperti kemasan plastik tanpa udara.
Bandung, 2 Juni 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H