"-lu? Ngapain lu di sini?"
Oh, tunggu, tunggu, dia menanyakan sesuatu padaku. Oke, cepat, pikirkan sesuatu.
"Oh, uh, kebetulan lewat jadi aku mampir. Tidak ada alasan tertentu. Kebetulan saja kita bertemu di sini."
"Iya, tahu nggak? Ini gila!"
Aku mencoba tersenyum kembali padanya, tapi yang keluar mungkin lebih milip seperti seringai sakit gigi. Dia sepertinya tidak memperhatikan, atau setidaknya tidak peduli.
Arloji pintarnya berbunyi bip, dan senyumnya berubah menjadi ekspresi terkejut.
"Oh sial. Penandatanganan buku gue udah dimulai. Gue harus buru-buru, seneng banget ketemu lu! Ini!"
Dia memberiku salinan bukunya. Aku tidak menginginkan ini. Bagaimana cara memberi tahu dia bahwa aku tidak menginginkan bukunya tanpa terlihat seperti bajingan yang tak tahu berterima kasih?
"Eh, aku tidak bisa..."
"Oh, Say. Nggak usah khawatir, deh. Gue punya jatah diskon teman dan keluarga, jadi buat lu gratis."
"Tapi tunggu-"