Aku sudah menjalin hubungan selama dua tahun dengan Chika, dan Lebaran tahun lalu keluarganya memintaku untuk ikut menghabiskan liburan di bungalo milik mereka.
Tentu saja aku senang, sekaligus takut. Membayangkan berada di bawah satu atap dengan calon mertua, terutama papa Chika, membuat bulu kudukku meremang. Beliau adalah seorang Jenderal di Angkatan Darat, dan mendengar namanya saja sudah membuat orang-orang ketakutan setengah mati.
Ketika aku memberi tahu ibu tentang undangan tersebut, awalnya ibu melarangku untuk pergi. Namun, setelah aku memberi tahu dia betapa pentingnya bagiku untuk berada di sana demi calon menantunya, dia bersikeras agar aku mengajak Herkules, sepupuku yang lebih tua tiga tahun. Istri dan anaknya mudik ke kampung halaman di Padang Sidempuan sampai liburan sekolah berakhir.
Alasan ibu menyuruhku mengajaknya pergi denganku karena dia lebih tua dan sudah menikah, karena itu dia lebih berpengalaman, dan akan memastikan tidak ada hal buruk yang akan terjadi padaku.
Aku memberi tahu Chika dan dia tidak keberatan Herkules ikut. Bungalonya besar, dan semakin banyak orang akan semakin meriah. Jadi, dua hari sebelum Lebaran, saat dunia masih terlelap dan menggigil karena semalam hujan turun dengan gembira, kami meninggalkan Bekasi menuju menuju Cipanas.Â
Herkules dan aku berganti mengemudikan Honda Jazz 2007 milikku, dan sepanjang jalan dia memberi nasihat tentang bagaimana caranya berhubungan dengan mertua. Kalau kalian mendengarkan ocehannya, maka kalian akan memintanya untuk menulis buku petunjuk Menaklukkan Mertua.
"Salaman sama jenderal jangan dengan dua tangan. Tatap matanya dan goyangkan dengan mantap. Dia akan tahu kalo lu lelaki sejati dan bisa menjaga anaknya."
"Jangan banyak bicara. Bicaralah seperlunya. Dia akan tahu lu itu bijak, karena orang bijak sedikit bicara dan lebih banyak mendengarkan."
"Jika mereka mengajukan pertanyaan yang enggak mau lu jawab, jangan ragu untuk menolak. Dia akan tahu bahwa lu bukan penurut."
Dan seterusnya.
Aku terus mengangguk dan mendengus saat dia mengajariku. Meskipun di wajahku terpasang ekspresi acuh tak acuh dan bosan, aku tahu aku akan mengikuti sebagian besar nasihat yang dia berikan.Â