Astaga! Aku masih mencoba mencari tahu bagaimana bisa terjadi.
Maksudku, aku tahu aku hampir tua. Aku tahu waktu berlalu dan terus berlalu dan sepertinya semakin lama aku berlalu dengan kecepatan yang tak terukur lagi. Sekarang aku sudah cukup dewasa, karena ketika aku melihat sekilas tayangan infotainment selebriti di televisi aku tidak tahu kebanyakan dari apa yang disebut selebriti.
Tetap saja, aku tidak merasa lima puluh lima yang menurutku separuh dari perjuangan melawan penuaan dini. Karena, sekali lagi, aku masih merasa belum dewasa.
Sedikit rambut yang masih hitam kecokelatan yang tersesat masih ada, tumbuh di atas telinga kiri dan tidak ada rambut lain di dekatnya. Aku menarik telingaku menjauh dari sisi kepala dan menyisir rambut dengan jariku karena, bukan untuk pertama kalinya, aku bertanya-tanya bagaimana rambut akhirnya tumbuh di cuping telingaku.
Aku mengusap dagu. Sering melakukannya akhir-akhir ini. Aku suka sensasi rasanya, teksturnya, kekasarannya. Laki-laki dengan jenggot aku perhatikan sering mengusap wajah mereka.
Kadang-kadang aku menjepit beberapa helai dengan lembut di antara jari tengah dan ibu jari. Aku tak tahu mengapa aku melakukannya. Mungkin secara tidak sadar aku khawatir ternyata bukan jenggot asli, jadi aku menariknya sesekali hanya untuk memastikan jenggotku nyata dan tidak rontok di tangan seperti sapu ijuk tua.
Aku menoleh sedikit ke satu sisi untuk melihat jenggotku.
Terlihat cukup bagus.
Sungguh bajinganlah aku jika tega mencukurnya.
Bandung, 19 Mei 2021