Setelah dua cangkir kopi, dia menertawakan dirinya sendiri. Dari penyelamat kucing dia berubah menjadi dewi yang membagi-bagikan uang tip.
Liana memejamkan mata dan tertidur. Terbangun dalam keadaan bingung dari mimpi yang dialaminya secara rutin sejak kanak-kanak-tersesat di sebuah rumah yang luas, berkeliaran di aula yang panjang, membuka pintu dan bertemu orang-orang yang dia temui di tempat yang berbeda. Dia dan mereka cukup akrab satu sama lain, tapi tak ada yang menolongnya saat mencari jalan keluar, mengabaikannya seolah dia hantu. Dia kembali menyusuri aula yang panjang, keluar dari mimpinya, sadar dia sedang bermimpi.
Duduk di kursi, mengedip-ngedipkan mata hingga mimpinya memudar.
Setiap kali dia mendapatkan mimpinya, rumahnya menjadi lebih besar, seolah-olah selama dia terjaga rumah mimpinya selalu direnovasi.
Setelah mandi, dia makan sisa pizza dari lemari es. Mengemasi pakaiannya, mengendarai VW Kodok-nya dan pergi menuju jalan tol. Dia akan mencoba Kota M berikutnya.
Setiap kali dia memulai hidup baru, Liana berharap untuk sesaat dia memiliki pekerjaan kantoran, meski gajinya kecil. Dia tidak tahu kenapa. Dia mengira itu tentang rasa percaya diri dan ketakutan atas penilaian orang-orang terhadapnya. Dia pernah ingin punya pistol. Tapi jika dia punya, maka dia akan membuangnya. Orang lain akan menemukannya, dan tidak tahu apa yang akan mereka lakukan dengannya, atau siapa yang akan mereka tembak dengan pistol itu.
Mungkin Ellen.
Liana berharap gadis itu pindah ke luar kota sebelum seseorang menembaknya. Itu bisa terjadi kapan saja.
Bandung, 8 Mei 2021