Dengan memulainya sebagai cerita pendek, kamu punya dasar untuk membangun novel fantasimu.
Mulailah dengan satu tokoh, satu kota, atau bahkan monster antagonis. Kembangkan secara detail sampai terasa hidup. Saat melakukan ini, ratusan rincian kecil lainnya akan muncul seperti jaring laba-laba, dengan 'satu' ciptaanmu sebagai pusat cerita. Bagaimana tokohmu berinteraksi dengan tokoh lain? Apa yang membuat kotamu terkenal? Apakah monster kamu anak nakal atau ancaman yang serius? Lalukan dengan tetap berfokus pada elemen tunggal sampai jaring laba-labamu menjadi lingkaran konsentris.
4. Selanjutnya, jadilah besar.
Menulis fantasi sering kali melibatkan penciptaan dunia baru. Luangkan waktu dengan membayangkan bukan hanya geografinya, tetapi juga adat istiadat, budaya, dan sejarah. Fantasi yang baik menjalin detail yang terkadang biasa-biasa saja ke dalam plot. Pertimbangkan, misalnya, bagaimana George R.R. Martin menggunakan musim-terutama musim dingin, winter is coming-dalam "A Song of Ice and Fire". Atau budaya masing-maing negara  fiktif dalam serial Black Magician-nya Trudi Cavanan. Â
5. Jangan takut dengan sejarah dunia nyata
Sejarah ribuan tahun bumi yang kaya, rumit, indah, dan brutal patut dimanfaatkan sebagai sumber inspirasi novelmu. Baik yang diketahui khalayak dunia mau pun yang pinggiran atau yang tidak jelas asal muasalnya. Menjadikan dunia nyata sejajar dengan cerita yang ingin kamu sampaikan adalah cara yang bagus untuk menambahkan warna dan nuansa pada novelmu. Temukan periode sejarah-semakin kurang diketahui semakin baik-dan jadikan dirimu sebagai ahlinya. Sejarah Mataram jelas terang benderang, tapi coba menyelam lebih jauh ke lokasi yang sejarahnya jarang diceritakan. Manfaatkan gosip yang pernah ada-Atlantis di Gunung Padang, misalnya. Temukan tempat di mana tokoh, kota, atau monstermu membumi. Sejarah, legenda, dan mitos adalah sahabatmu. Jangan pernah takut memanfaatkannya.
Â
5. Tentukan sudut pandang.
Novel fantasi dapat dimainkan sebagai orang ketiga melalui narator yang mahatahu, atau orang pertama melalui sudut pandang satu atau banyak tokoh.
Pendekatan pertama memungkinkan kamu menuliskan detail sesukamu. Pendekatan kedua membiarkan tokohmu membimbing pembaca untuk menemukan dunia seperti yang dilakukannya, membangun konflik dan merasakan sensasi yang serupa.
6. Kenali tokohmu.
Hindari mendesain karakter yang rumit, unik, dan tidak sempurna seperti orang-orang di dunia nyata. Jika kamu membuat sketsa tokohmu, lakukanlah. Jika tidak, tuliskan semua yang kamu bisa tentang mereka. 'Wawancarai' tokohmu dengan serangkaian pertanyaan standar tentang motif, emosi, kebiasaan, dan sejarah hidup meeka.
7. Kenali kisahmu.
Dengan jalinan cerita yang cukup, potensi titik persilangan akan menjadi banyak. Tokohmu akan mengunjungi tempat yang ditentukan. Dua tokoh bertemu, monster muncul di tempat dan waktu tertentu. Ini adalah ceritamu. Kamu akan menemukan bahwa imajinasimu menjadi liar. Kamu akan mengubah dan memulai lagi beberapa kali-menemukan hal-hal yang tidak kamu sukai dan membuangnya-tetapi kamu akan menjadi lebih baik setiap saat. Tidak semua ide harus menjadi karya, tetapi semuanya mengajarkanmu sesuatu. Semakin imajinasimu terbenam ke dalam jaring laba-laba, akan semakin baik kamu memahaminya dan akan semakin berkembang. Dan kisahmu menjadi sebuah plot.
8. Tulis garis besar ceritamu.
Menulis novel merupakan hal yang rumit, tetapi menceritakan kisah fantasi biasanya lebih menantang. Memang ada penulis yang mampu menulis tanpa plot, langsung on the spot. Tapi biasanya membutuhkan waktu lebih lama dan sering memiliki plothole.