Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nenekku, Zombie

6 Mei 2021   20:13 Diperbarui: 6 Mei 2021   20:35 1131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tubuh Nenek dingin, dan kulitnya terasa kasar dan berkerut, tapi aku tetap menciumnya setiap malam sambil mengucapakan selamat beristirahat. Dan meski sudah setahun lebih, aku tetap yakin bahwa dia adalah zombie. Zombie yang berperilaku sangat baik. Dia tidak pernah mencoba menggigitku atau Ayah, hanya mencoba menggigit Ibu sekali dua. Ibu berkata, "Lihat, dia tidak pernah menerima aku."

Nenek suka berkeliaran di lantai bawah dan tersandung pada perabotan. Dia bahkan tidak keberatan jika aku merias wajahnya seperti badut dengan riasan milik Ibu. Namun, ibu tidak terlalu setuju dengan hal itu.

Hal yang paling menarik tentang Nenek-ketika dia masih hidup-adalah giginya.

Waktu pertama kali Nenek mengeluarkan giginya dari mulut, aku terpesona. 'Terpesona' adalah kata ketika kamu melihat orang melakukan hal-hal menakjubkan seperti mencabut gigi dari mulut atau kembali dari kematian, meskipun hal itu kini sudah tidak membuatku terpesona.

Itu juga sebabnya aku diam-diam tahu bahwa Nenek adalah zombie. Aku tidak takut padanya.

Seperti Nenek, aku juga tidak tahu di mana Ayah menyembunyikan giginya.

Bandung, 6 Mei 2021

Sumber ilustrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun