Tubuh Nenek dingin, dan kulitnya terasa kasar dan berkerut, tapi aku tetap menciumnya setiap malam sambil mengucapakan selamat beristirahat. Dan meski sudah setahun lebih, aku tetap yakin bahwa dia adalah zombie. Zombie yang berperilaku sangat baik. Dia tidak pernah mencoba menggigitku atau Ayah, hanya mencoba menggigit Ibu sekali dua. Ibu berkata, "Lihat, dia tidak pernah menerima aku."
Nenek suka berkeliaran di lantai bawah dan tersandung pada perabotan. Dia bahkan tidak keberatan jika aku merias wajahnya seperti badut dengan riasan milik Ibu. Namun, ibu tidak terlalu setuju dengan hal itu.
Hal yang paling menarik tentang Nenek-ketika dia masih hidup-adalah giginya.
Waktu pertama kali Nenek mengeluarkan giginya dari mulut, aku terpesona. 'Terpesona' adalah kata ketika kamu melihat orang melakukan hal-hal menakjubkan seperti mencabut gigi dari mulut atau kembali dari kematian, meskipun hal itu kini sudah tidak membuatku terpesona.
Itu juga sebabnya aku diam-diam tahu bahwa Nenek adalah zombie. Aku tidak takut padanya.
Seperti Nenek, aku juga tidak tahu di mana Ayah menyembunyikan giginya.
Bandung, 6 Mei 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H