Aku dan putriku keluar dari sinepleks setelah menonton Star Wars Episode IX: The Rise of Skywalker. Perasaanku takkan pernah sama lagi.
Mungkin karena serial yang telah menjadi bagian dari masa kecilku akhirnya tamat juga. Atau mungkin karena burger ukuran besar dan seember popcorn berminyak ditambah segelas besar soda telah menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada nadi yang menuju jantungku.
Tetapi, jika aku harus menebak, aku akan mengatakan itu karena alih-alih menonton Luke dan Kylo Ren dan Rei dan entah siapa lagi beraksi, aku justru tertidur sepanjang film, bermimpi bahwa Resistance menyiksa dan membasmi para ewoks, dan menyebabkan trauma psikologis yang mendalam.
"Mengapa mereka melakukan itu, Ayah?" putriku bertanya. Air mata mengalir di pipinya. Aku tidak sanggup menatapnya.
Apa yang bisa kukatakan tentang mimpi buruk barusan? Bahwa sesuai pedoman yang ditetapkan Empire dalam menangani kaum radikal yang banyak membantu korban bencana alam yang menganggap tidak ada penyiksaan dan tembak mati sebagai membela diri? Bahwa, seandainya Rey tidak mengacaukan dan menculik Jar Jar Bink, kekejaman itu mungkin terbukti efektif dalam mencari tahu siapa yang datang menyamar sebagai Kaisar Palpatine? Bahwa Rey telah menunjukkan bahwa perempuan lebih unggul dalam bidang yang biasanya didominasi pria?
Aku mencoba memberikan penjelasan yang akan meminimalkan luka emosionalnya, dan aku mendengar suara kecil di dalam kepalaku. "Tidak, perlu tidak. Jelaskan, atau jelaskan tidak. Satu salah pilihan."
Kemudian aku berkata.Â
"Leia putriku," aku memulai, sambil menatap matanya yang bulat cemerlang, "ada pelajaran penting yang harus kamu ambil dari film ini: percayalah pada nalurimu. Terkadang dalam hidup, orang yang kamu kira pahlawan mungkin saja menyesatkanmu dan meyakinkanmu untuk melakukan hal-hal yang mengerikan. Mereka bahkan mungkin punya penjelasan yang meyakinkan untuk membenarkan tindakan mereka. Tapi, jika kamu mendengarkan suara hatimu, hingga kamu tahu apa yang mereka katakan salah, kamu tidak akan menyeberang ke sisi gelap. Jangan meniru kesalahan yang dibuat Kylo. Atau mungkin Rey."
"Tidak, Ayah, bukan itu yang aku tanyakan," kata Leia. Matanya mengeluarkan cukup air mata untuk mengubah padang pasir Tatooine menjadi hutan hujan tropis. "Maksudku, mengapa Millenium Falcon mendarat secara horisontal di Kef Bir, sementara sebelumnya selalu take off dan landing secara vertikal?"Â
Kata-katanya menghantamku seperti serangan clone trooper tapi nyasar. Aku sepenuhnya tak ingat tentang itu, tetapi sekarang dipaksa untuk menghadapi kebenaran yang kelam.
"Leia, Star Wars memberi kita tontonan terhebat sepanjang masa. Jadi, sekarang mereka perlu menyeimbangkan antara Kekuatan Terang dan Gelap."