"Arum tanya dulu ke adik-adik ya, Om."
Sambil menunggu jawaban dari keluarga almarhum, aku mulai mengumpulkan tulisan TS yang ditandai dengan tagar #CMP. Cukup banyak ternyata, tulisan-tulisan ringan berupa sketsa fiksi dengan meminjam nama-nama para kompasianer yang diunggah setiap Ahad pagi sebelum jam sebelas.
Terlalu tebal jika dijadikan satu buku. Apalagi dalam perjalanan tiga tahun CMP, temanya makin mengerucut dengan gaya yang semakin khas TS. Akhirnya kuputuskan untuk membagi jadi dua buku.
Dan tepat sebulan yang lalu--Kamis, 11 Maret 2021 21:52--persetujuan keluarga kudapat.
Aku--Pimedia--langsung mengajukan permohonan ISBN (International Standard Book Number) dan KDT (Katalog Dalam Terbitan) ke Perpusnas RI. Seminggu kemudian keduanya kudapatkan. Dan mulailah proses penyuntingan dan penyusunan tata letak. Kedua sampul seperti pada ilustrasi merupakan rancangan salah satu putra TS.
Jika tak ada aral melintang, tanggal 19 April ini, dua buku CMP karya Thamrin Sonata terbit.
Janji TS ke aku lunas sudah.
"Saya dipacu untuk bertanggung jawab. Meskipun dalam menulis CMP, ya seperti kita tahu bersama tak mendapatkan honor. "Tapi sudah banyak, tuh Mas TS. Sudah bisa dibukukan," kata Ikhwanul Halim, jagoan fiksi yang sehari satu tulisan." -- Thamrin Sonata (Kompasianer, Ini Dia Kenapa Saya Nulis Cerita Minggu Pagi)
Al-Fatihah, Mas. Kita janjian ketemu di mana?
Cakung, 11 April 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H