Pertukaran pesan WhatsApp dua bulan lalu menjadi awal keberuntungan saya sebagai editor dan penerbit sehingga mendapat kehormatan untuk mempublikasikan buku pertama Anisa Ariyani, atau yang di kalangan Kompasianer dikenal dengan nama Suci Maitra Maharani.
Anisa bukanlah Kompasianer pertama (atau yang terakhir) yang saya hubungi untuk memenuhi visi saya sebagai penerbit. Â Tapi fakta bahwa Anisa menjadi Kompasianer pertama yang bukunya saya terbitkan, bukan berarti karyanya kurang layak untuk diterbitkan di penerbit lain.
Selama masa aktifnya yang singkat di Kompasiana (01 Oktober 2016 -- 03 November 2018) melahirkan 30 tulisan, 11 mendapat label Headline dan 23 Pilihan. Artinya, hanya 7 artikel yang tidak diapresiasi admin K.Â
Perlu diingat, tidak diapresiasi admin bukan berarti tidak layak, mungkin saja terlewat.
Dan bukan basa-basi, saya menyukai semua tulisan Anisa.
Saya sering tidak sependapat dengan label yang diberikan admin untuk artikel tertentu dan -- seandainya saya kritikus -- siap menunjukkan alasan atas ketidaksetujuan saya, tidak satupun keberatan saya untuk karya-karya Anisa.
Karena itulah, saya merasa mendapat kehormatan tertinggi karena Anisa menyetujui bukunya saya publikasikan.
Setelah mock-up beberapa tulisannya saya kirimkan, diskusi intensif kami berlangsung via WhatsApp.
Kurang dari satu bulan, kami sudah menyepakati judul dan isi. Anisa menginginkan bukunya bertema, sehingga tidak semua tulisan dari K disertakan dalam buku pertamanya ini. Sebagai gantinya dimasukkan beberapa cerpen yang cocok dengan tema yang dipilih, yakni tentang hubungan kekeluargaan. Jadi ada kebaruan dalam buku yang tidak terdapat di K.
Setelah berdiskusi lebih lanjut, akhirnya kami berhasil memfinalisasi buku tersebut dengan judul 'Aku Anak yang Menyimpan Tanya ' (AAYMT).