Tiamat memandang saudarinya dengan tatapan yang telah menaklukkan pemuda-pemuda kampung situ.
"Bagaimana jika nanti ia kepergok?"
"Selalu ada saat untuk pengalaman pertama," ucap Zeus pelan.
Freya mendengus. Sepertinya hanya ia satu-satunya yang punya keyakinan terhadap Loki.
"Maaf, berhubung sudah larut malam dan besok hari kerja, aye pamit duluan," Haji Mukidi yang tadi memberi ceramah takziah berdiri di depan pintu.
"Sekali lagi, turut berduka yang sedalam-dalamnya dari aye dan keluarga. Encing kalian kagak bisa dateng, perutnya mules. Maklum, udah tue," sambungnya lagi.
"Ibu kalian orang paling baek. Salamlekum."
Paman yang merupakan suami adik ibu mereka itu menuju ke jalan, dan melangkah berlawanan dengan arah Loki menghilang.
"Menurutmu apa yang akan dilakukan Loki?" tanya Tiamat pada Zeus. Yang ditanya menjawab dengan mengangkat bahu.
***
Dari pos jaga di depan bangunan megah itu terdengar suara percakapan yang berasal dari televisi yang terletak di dinding, dekat rak helm para petugas pengamanan. Manusia-manusia yang bertugas semuanya lelap tertidur. Mereka mungkin berpikir, durjana gila mana yang berani masuk ke istana penguasa yang dikawal ketat oleh tentara?