Saya marah ketika adik saya Joni dibawa pergi.
Orang tua saya terus-menerus mencoba menjelaskan kepada saya, betapa sakitnya adik saya itu.
Mereka berkata bahwa saya beruntung memiliki otak di mana semua bahan kimia mengalir dengan lancar ke tujuan mereka, seperti air sungai yang tidak terhalang bendungan. Mereka berkata, mereka beruntung memiliki saya.
Ketika saya mengeluh betapa bosannya saya tanpa adik laki-laki saya yang bisa diajak bermain, mereka mencoba membuat saya merasa tidak enak dengan menunjukkan bahwa rasa bosan adik saya jauh melampui kebosanan saya.Â
Mereka mengajak saya untuk mengunjungi sebuah tempat yang disebut panti rehabilitasi. Saya lihat adik saya Joni terkurung di ruangan gelap, merenung sendirian.
Saya selalu memohon agar mereka memberinya satu kesempatan terakhir. Tentu saja, awalnya mereka memenuhi permintaan saya.
Joni beberapa kali pulang ke rumah untuk berkumpul bersama kami. Masing-masing durasi kedatangannya lebih singkat dari yang sebelumnya. Dan setiap kali ketika kelihatannya akan berhasil, kejadian yang membuat Joni dipisahkan dari saya dimulai lagi.
Kucing-kucing tetangga dengan mata mencungkil muncul di kotak mainannya. Salah satu pisau dapur ditemukan jatuh di papan seluncuran di taman bermain seberang jalan.Â
Obat suplemen ibu diganti dengan tablet pembasmi hama tanaman hias. Orang tua saya sekarang ragu-ragu sebelum akhirnya tak pernah lagi mengucapkan 'kesempatan terakhir'.
Mereka mengatakan 'kelainannya' Joni membuatnya menarik untuk disayang siapa pun yang melihatnya. Membuatnya mudah berpura-pura menjadi normal dan mengelabui dokter yang merawatnya agar berpikir bahwa dia siap untuk kembali ke rumah untuk berkumpul bersama kami lagi.
Mereka mengingatkan bahwa saya harus bertahan dengan rasa bosan saya jika itu berarti saya akan tetap aman dari Joni.
Saya kesal karena Joni adik saya dibawa pergi. Itu membuat saya harus berpura-pura menjadi anak baik sampai dia kembali lagi nanti.
Cakung, 30 November 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H