Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kakek Pembuat Seruling

14 Juni 2020   18:58 Diperbarui: 14 Juni 2020   19:09 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah negeri tanpa nama karena tidak tercantum di Google Maps, hidup seorang Kakek pembuat seruling.  Dia tinggal di sebuah rumah kecil di pinggir jalan menuju hutan.

Membuat seruling merupakan keinginan dan tujuan hidupnya. Setiap kali dia membuat seruling, alat musik itu diberikannya pada anak laki-laki atau perempuan yang lewat di depan rumahnya.

Kakek itu tidak mempunyai cita-cita atau mimpi selain menjadi pembuat seruling. Rumahnya adalah sebuah rumah kecil di pinggir jalan menuju hutan. Hutan lebat di belakang rumahnya penuh dengan pohon rindang dan rumpun bambu. Anak laki-laki dan perempuan di mana-mana memainkan serulingnya.

Bambu di hutan semakin langka, karena bukan hanya dia saja yang menggunakannya. Bambu juga dipakai untuk membuat layang-layang raksasa, keranjang penumpang balon udara, dan sebagai bahan bakar dapur rumah tangga dan pengrajin keramik kaca. Namun, hutan yang menipis masih memiliki pohon-pohon yang rindang dan teduh dan merupakan tempat yang baik untuk berjalan-jalan.

Setiap pagi Kakek duduk di kursi goyang di beranda dan mendengarkan burung-burung berkicau. Ketika mentari mulai mendaki kaki langit, burung-burung bersiul dan mengirimkan pesan kepada teman-teman mereka. Kakek mendengarkan setiap suara yang keluar dari hutan. Dia mendengar setiap kicauan dan tidak pernah ada nyanyian burung yang tak didengarnya.

Setelah mendengarkan burung bernyanyi, dia akan menentukan lagu yang paling cocok untuknya hari itu. Kemudian dia berangkat ke hutan untuk menemukan bambu untuk dipotong yang suaranya mampu mengabadikan nyanyian itu.

Meski bambu hutan semakin jarang, tapi Kakek dikaruniai keajaiban oleh peri hutan. Dia selalu mendapatkan potongan bambu yang sesuai dengan keinginannya, tak pernah sekali pun dia gagal menemukan bambu yang tepat. Bisa berupa bambu betung yang yang menjulang di tepi jurang, bambu apus di sisi sungai, bambu ater yang kokoh di antara semak perdu, atau bambu ampel yang menempel di dinding ngarai.

Tidak hanya resonansi suaranya yang tepat, namun bentuknya juga menarik hati. Bahkan, pernah dia membuat seruling dari bambu liuk tiga yang meniru bunyi prenjak. Dan dia selalu memberikan seruling yang dibuatnya untuk anak-anak laki atau perempuan yang melintas di depan rumahnya.

Oh, Kakek begitu menyukai lagu-lagu yang disiulkan burung-burung, sampai dia bisa tahu hari apa dan tanggal berapa berikut tahunnya hanya berdasarkan suara burung. Burung-burung datang dan pergi dari tempat jauh dan dekat. Beberapa akan terbang ke sisi lain dunia dan menghilang selama berbulan-bulan. Beberapa burung merah kuning kecil menetap sepanjang tahun, menyanyikan lagu-lagunya. Dia mencintai semua burung, baik yang tinggal maupun yang bepergian ke ujung dunia.

Suatu hari, ketika dia sedang tidur siang, seorang pencuri yang lewat mencuri pisau sang Kakek.

Betapa sedihnya dia. Betapa sedihnya anak-anak laki dan perempuan ketika tidak ada lagi seruling yang dibagikan dengan gratis. Seseorang di kota menyampaikan kabar bahwa burung-burung telah berhenti bernyanyi, hutan kini adalah tempat yang gelap suram dan sunyi yang menyeramkan bahkan untuk kesatria yang paling pemberani. Daun-daun di hutan berguguran. Dan kemudian musim berganti, hujan turun setiap hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun