"Apakah kamu ingin mendengar cerita yang lain?" tanya  Samail. "Kita masih punya banyak waktu."
Nina tidak bisa menebak apakah Samail bahagia, sedih atau marah. Suaranya selalu datar saja satu nada. Mimik wajahnya juga tidak berubah.
Sebelum dia bisa menjawab, Nina batuk-batuk hebat. Batuknya panjang dan serak. Ketika batuk, dia menutup mulutnya dengan kertas tisu yang diambilnya dari kotak tisu di samping bantal. Setelah batuknya mereda, sekumpulan bercak darah menodai kertas tisu yang lembut.
"Aku sakit," katanya, menatap Samail. Samail mendekat dan duduk di dekatnya, begitu dekat sehingga Nina bisa menghitung giginya yang putih berkilau. Samail berbisik ke telinganya.
"Aku tahu."
"Apakah Anda punya cerita tentang orang sakit?" Nina bertanya. Pria yang terbakar itu kembali menganggukkan kepalanya.
"Tapi tidak berakhir bahagia juga."
"Tidak apa-apa," jawab Nina. "Aku akan tetap mendengarkan."
Samail meletakkan jari-jarinya yang kurus panjang di pangkuannya dan menarik napas berasap dalam-dalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H