Tetapi orang asing ini, tampak ganjil di mata Nina. Meski wajahnya memiliki semua bagian, tetapi bentuknya sangat aneh, begitu aneh  sehingga hampir tak bisa dimengerti. Di beberapa tempat merah mengilap, hitam dan berlubang di tempat lain.Â
Tak punya bibir dan hidungnya hanyalah dua lubang kecil yang berasap saat menghembuskan napas. Matanya cekung kuning menyala tak pernah berkedip. Tubuhnya legam penuh nyala api kecil menari-nari  membuat wajahnya membacarkan cahaya berpendar. Jubahnya berlumuran darah.
Dia tampak seperti korban kebakaran yang belum padam.
Bunyi 'bip' dari mesin yang menjaga jantung Nina semakin kencang dan keras. Dia menjadi lupa bagaimana harus berani.
"Jangan sampai sakitmu bertambah, Nina," kata lelaki berkulit gelap itu. Kata-katanya terdengar bagai goresan paku di cermin, bisikan serak yang lebih menyerupai erangan. "Aku di sini bukan untuk menyakitimu."
"Kamu siapa?" tanya Nina. Rasa takutnya berkurang.
"Namaku Samail. Aku orang jahat yang melakukan kebaikan," jawabnya. Asap mengepul lembut menari-nari dari api di tubuhnya. Meski tampak kesakitan, tetapi orang asing itu mengabaikannya.
"Sa-ma-il," kata Nina perlahan, mengucapkan setiap suku kata dengan jelas. "Nama yang aneh."
"Itu nama yang sangat tua, dari zaman purba."
Matanya menatap wajah Nina, seakan mencari tanda bahwa Nina pernah mendengar tentangnya. Namun dia tak menemukan apapun karena Nina memang belum pernah mendengar atau membaca tentangnya.
Matanya akhirnya tertuju pada buku di pangkuan Nina, Kumpulan Dongeng H.C. Andersen.