Nina tersenyum dan meminta agar ayah membuka jendela. Hari yang cerah dengan langit biru jernih. Udara segar baik buat kesehatan.Â
Ayahnya balas tersenyum dan memenuhi permintaannya.
"Ada yang lain?" Ayah dan bundanya bertanya sebelum mereka pergi.
"Tidak, aku akan baik-baik saja," katanya kepada mereka. "Aku akan membaca buku sebentar sebelum tidur."
***
 Dan kemudian Nina sendirian. Sendiri di rumah yang besar, tanpa suara sama sekali selain bunyi 'bip' mesin yang mengawasi jantungnya agar tetap berdetak. Dia mencoba membaca bukunya, tetapi sinar matahari yang menerpa wajahnya membuatnya mengantuk.Â
Nina menutup matanya, dan dia tertidur untuk berapa waktu yang dia sendiri tak tahu. Tak cukup lama untuk bermimpi, tetapi cukup untuk hilang kesadaran diri. Mungkin hanya sekejap, mungkin dua kejap. Tak lebih.
Tapi dia tersadar bukan karena memang sudah waktunya bangun. Suara burung gagak hitam yang menggugahnya dari tidur. Bukan hanya burung gagak. Nina juga merasa hangat, kehangatan yang terlalu hangat untuk bulan Juni.
Ketika dia terbangun sepenuhnya, dia melihat bahwa seekor gagak hitam legam bertengger di kusen jendela. Dia juga melihat sesuatu yang lain, sesuatu yang membuatnya menjerit ketakutan.
Kursi tempat bundanya duduk sebelum dia tidur, kursi yang seharusnya kosong, telah diisi oleh sosok asing. Di matanya, sosok itu tampak seperti manusia, tetapi juga bukan manusia.Â
Meski memiliki wajah lengkap dengan mata, mulut, hidung dan sebagainya, punya lengan dan kaki seperti halnya manusia, bahkan mengenakan jubah hitam dengan kemeja putih perak.Â