"Aku masih belum menyelesaikan 'God of War', padahal sedikit lagi level 30."
Syauki mengangkat cangkir kopinya. "Aku minum kopi sekarang," katanya. "Kopi hitam. Instan." Dia menatap Dewi lurus-lurus.
"Apa yang kamu lakukan dengan rambutmu? Kamu terlihat cantik," katanya.
"Aku masih sama, Bang. Tidak ada yang berbeda," jawab Dewi. Kotak Playstation 4 dikempit di bawah ketiaknya. "Kau tampak seperti gelandangan. Aku tak mau peduli lagi sama kau."
Dewi pergi.
Syauki melihat sesuatu berkilau di rumput. Cincin kawin Dewi. Dia bertanya-tanya apakah Dewi sengaja menjatuhkannya di situ. Dewi dosen sastra Inggris yang menyukai simbolisme.
"Sialan," gumamnya. Syauki memungut dan memasukkan benda itu ke dalam saku kostum Narutonya.
Dia beranjak ke dapur meninggalkan cangkir kopi di meja teras. Melalui jendela, dipandangnya halaman rumah tetangga yang tanpa pohon teduh kecuali bunga dalam pot yang merana. Syauki kembali sadar bahwa dia bukan Kwee Ceng atau Naruto. Dia adalah pegawai biasa yang mungkin ikut mempengaruhi jalannya sejarah bangsa berkat opini politiknya yang ditulis di media sosial dengan menggunakan nama samaran.
Dia merobek bungkus kopi instan lalu menuangkan bubuk kopi kering ke dalam mulutnya. Rasanya menjijikkan.
TAMAT