Malam gelap seperti biasa, tapi malam ini bukan malam yang biasa untuk Hine.
Dia telah melukis bintang yang terakhir. Seperti biasa, bangga menyaksikan karya-karyanya bersinar berkilauan di permadani hitam yang menutup seluruh ruang. Malam itu sunyi senyap, seperti biasa, tetapi nalurinya merasakan sesuatu yang lain sedang terjadi.
Setelah yakin bahwa tugasnya telah selesai, Hine bersiap untuk pulang, tidur sampai malam besok dan kembali bekerja.
Dia membereskan bejana-bejana berisi cat bintang dan kuasnya, ketika sudut matanya menangkap cahaya berkelip-kelip aneh di kejauhan searah jalan pulang. Dia berhenti sejenak, pandangan mencoba menembus kegelapan  untuk melihat apakah dia bisa menemukannya lagi cahaya aneh tersebut, tetapi tidak terjadi apa-apa.
Hine bergumam pada dirinya sendiri dan mengambil peralatannya, siap untuk menyusuri jalan pulang di tepi galaksi Bimasakti.
Ketika semakin dekat ke tempat dia melihat cahaya yang berkelap-kelip tadi, dia mendengar suara berderak yang aneh.
Ada sesuatu di sana!Â
Dia berhenti dan mendengarkan sejenak. Suara itu berhenti. Dia maju satu langkah ke depan dan mendengar suara gemerisik lain disusul cahaya kemilau. Sesuatu jatuh dari atas dan menimpanya!
Hine terhuyung-huyung tepai di tepi galaksi, kehilangan keseimbangannya kemudian terdengar teriakannya bergema panjang dan nyaring. Â Dia berteriak karena jatuh dari tepi galaksi, meluncur ke dasar mangkuk langit yang luas menuju pusatnya yang gelap gulita. Teriakannya menggapai permukaan galaksi, tetapi tidak ada seorang pun yang mendengar.
Dia terus jatuh menembus nebula awan gas keperakan, memantulkan bintang-bintang.
Aku akan berakhir di lubang hitam raksasa, pikirnya ketika dia melihat ke bawah.