Lubang besar yang menganga tampak hidup, berdenyut-denyut  bagai bernapas mengisap apapun di sekitarnya, dan menjadi semakin besar untuk setiap tarikan napasnya.
Hine mencapai tepi lubang hitam dan tangannya melambai berusaha mati-matian untuk menggapai sesuatu. Jari-jarinya berhasil mencengkeram bintang kerdil di bagian paling bawah tepi galaksi, di garis batas pertemuan materi gelap dengan energi hitam.
Tergantung di tepi galaksi, kuas bintangnya terayun-ayun di sabuk pinggangnya. Hine menatap ke kegelapan hampa di bawah kakinya. Ketika melihat ke bawah, dia melihat gumpalan cat yang tergantung di kuasnya mengembang menjadi gumpalan besar di ujung sikat kuas sebelum akhirnya berkilau dan berkedip-kedip saat jatuh ke dalam lubang hitam.
Cengkeramannya semakin melemah karena tenaganya sudah hamir habis, Kukunya mencabik kulit bintang kerdil yang digenggamnya, menimbulkan bunyi berderak-derak.
Jari-jarinya satu-satu tergelincir saat cengkeramannya mengendur dan bintang itu kembali berderak. Sebagian dari bintang itu remuk dan jatuh ke lubang hitam di bawah.
Lubang hitam itu berdenyut mengambil napas dalam-dalam.
Akhirnya Hine kehilangan cengkeramannya, tak mampu mencegah dirinya agar tak jatuh ke dalam kegelapan. Dia mencoba berteriak tetapi sia-sia saja. Gelombang suaranya ditelan lubang hitam. Tidak ada lagi yang bisa diraihnya. Ia harus menyerah dan membiarkan dirinya jatuh.
Saat meluncur turun, dia melihat sesuatu di bawahnya, mendekat dengan kecepatan tinggi.
Apakah itu?
Itu terlihat seperti ...
Mungkinkah?Â