Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kakekku, Penjelajah Waktu

19 Mei 2019   16:20 Diperbarui: 19 Mei 2019   16:29 1046
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://kids.frontiersin.org 

Aku pikir punya sedikit bakatnya. Meski aku tak bisa bergerak mundur seperti kakek, tetapi aku bisa melihat hal-hal yang sama jika aku menoleh ke belakang. Aku bisa melihatnya di wisuda sarjanaku, bangga dengan cucu pertamanya. Aku dapat melihatnya membawaku ke bandara agar aku dapat melihat pesawat terbang pertama kali dari dekat. Aku bisa melihat kami membungkuk di atas mesin bubut, mengenakan sarung tangan khususuntuk melindungi jari-jariku dari panas piringan gerinda. Aku bisa melihat kandang kelinci yang kami bangun bersama, kunci dengan kode pertama yang kumiliki. Aku dapat melihat diriku duduk di kursi kantornya yang dilapisi kulit coklat susu, mengagumi ketebalan buku-buku di sekelilingku dan bertanya-tanya apakah aku pernah membaca buku sebanyak yang ada di ruangan itu.

Hanya saja, ketika kakek bergerak mundur, hal-hal itu lenyap  bersamanya. Dan karena aku tidak bisa berhenti bergerak maju seperti dia tidak bisa berhenti bergerak mundur, setiap langkah yang dia lakukan menghapus sedikit waktu kami, sedikit hidup yang kami miliki bersama. Setiap hari, kami bergerak sedikit lebih cepat, lebih jauh, dari titik tengah terakhir di antara kami. Setiap hari, aku semakin dekat dengan menjadi satu-satunya yang masih dapat melihat apa yang ada di belakang kami semua.

Lebaran tahun lalu, aku dan kakek untuk pertama kalinya duduk bersama untuk waktu yang lama. Mungkin terlalu lama, tapi saat aku mengingatnya sekarang, saat itu kehidupanku sedang di titik terendah. Ketika dia membuka pintu dan melihatku, dia tersenyum. Senyum yang lebar, hangat, dan bahagia.

"Aku ingat kamu!" kakek berseru. "Aku ingat kamu ketika kamu masih sebesar ini!"

Dia menunjuk pinggangnya, kira-kira saat aku berusia sepuluh tahun.

Aku memeluk kakek dan mencium pipinya dan menyadari bahwa meskipun dia tidak bisa melihat tempat-tempat di antara sepuluh tahun dan tiga puluh dua, tidak apa-apa. Dia melihat foto kelulusanku dan menikmati hari itu. Dia menatap rumah kelinci kami yang kosong dan berjalan menyusuri hari itu. Dia memandang wajahku, wajahku tiga puluh dua tahun, dan berjalan kembali sampai yang dia lihat hanyalah diriku yang berumur sepuluh tahun. Tapi jangan salah, semua baik-baik saja. Meskipun sebenarnya kami hampir kehabisan waktu di masa lalu, dia masih punya sesuatu untuk dibagikan denganku. Memang bukan semuanya, dan tentu saja, sedikit demi sedikit semakin berkurang bersama hari-hari.

Namun dia masih mengenal ku dan aku masih mengenalnya. Itulah yang terbaik.

Kakek adalah penjelajah waktu, dan suatu hari -- mungkin lebih cepat dari yang kuinginkan -- dia akan mundur meninggalkanku melampaui apa yang dapat kulihat. Setelah itu, aku akan menjadi satu-satunya yang melihat semuanya, semua momen dan kenangan itu. Dia akan kembali sampai dia tidak berbagi waktunya denganku sama sekali, dan kemudian aku tidak akan bisa melihatnya juga.

Dia akan kembali ke masa lampau yang belum pernah kuketahui.

Suatu hari, kakek akan meninggalkan waktu yang tak lagi bersisa secara nyata. Untuk Selamanya.

Apa yang akan yang terjadi sebelum waktu itu tiba?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun