"Bukan aku. Kamu, ya?"
"Tidak, aku pikir kamu yang melakukannya--"
"Tidak, aku tidak melakukannya karena aku pikir itu tugasmu."
"Aku juga pikir itu bagianmu. Sekarang kita terjebak."
"Sial!"
"Tidak ada gunanya marah-marah. Apa yang akan kita lakukan? Kita hanya punya satu kesempatan untuk keluar dari sini sebelum mereka memindahkan alat ini."
"Yah, mengapa tidak kita tekan saja tombolnya?"
"Ehmm ..."
"Ayolah, kita tekan saja. Apa yang mungkin lebih buruk dari ini? Jika kita menyentuhnya hanya me-reset linimasa kita beberapa menit saja. Kita harus sudah berada di luar saat itu. Nanti kamu tinggal membawa alat yang tepat untuk mencuri mesin waktu ini dan kita tidak akan berada di sini membuang-buang waktu sia-sia."
"Ehm, baiklah, kurasa itu masuk akal. Tidak ada ruginya mencoba."
"Bagus kalau begitu--"
"Tunggu! Kita harus memikirkan lagi dampaknya sebelum kamu menekannya ... "
"Baik."
"Ketika kamu mengaktifkan mesin waktu, kita kembali sekitar sepuluh menit saat kita dalam perjalanan ke tempat ini. Kamu harus keluar untuk mendapatkan gawai anti-gravitasi genggam agar kita dapat membawa peralatan canggih ini. Selanjutnya kita kembali ke sini dan kita mencuri alat ini dengan sukses. Betul?"
"Betul."
"Oke ... Tekan tombolnya!"
Klik.
Untuk mengetahui apa yang terjadi selanjutnya, klik di sini.
Bandung, 16 Mei 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H