Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.
Turut berdukacita atas wafatnya Ayahanda mbak Wahyu Sapta, sahabat baik saya, salah satu Rumpies RTC, nominator The Best in Fiction Kompasianival Award 2017. Mbak Wahyu hanya sempat hadir sekejap sebelum kembali karena diberitahu kondisi ayahanda.
Semoga almarhum mendapat tempat yang layak di sisi Allah SWT dan keluarga yang ditinggalkan tabah dan ikhlas. Amin.
***
Tiga kali Kompasianival, saya selalu datang pertamax.
Kompasianival 2016 di Smesco, lagi-lagi datanag kepagian. Tujuannya mau pasang standing banner yang mempromosikan buku saya di meja Komunitas Kutubuku. Meski akhirnya standing banner-nya di-banned, tapi yang penting sudah sempat foto narsis. Yes! Dan lagi-lagi saya pulang setelah Smesco gelap gulita, karena susah mendapatkan ojek onlen jelang tengah malam dirinai syahdu gerimis.
Jadi, apakah saya pantas mendapat gelar The Best Attendant Kompasianival 2017?
Tidak. Yang pantas mendapatkannya adalah uda Thamrin Dahlan yang belum pernah absen sejak Kompasianival pertama tahun Gajah. Yeeees?
Kelebihan Kompasianival 2017 dibandingkan dengan Kompasianival 2015 dan Kompasianival 2016
Menurut mas Nurul Uyuy, peserta terdaftar 3000 orang, jauh lebih ramai dibandingkan Kompasianival sebelumnya. Tema yang diusung, ‘Kolaborasi Generasi’ menarik.
Saya bisa membeli kartu flazz tematik Kompasiana yang sudah saya incar sejak pertama kali bergabung dengan predikat Penyair Majenun. Kok beli? Karena bawa duit. Yes!
Kelebihan lain, venue yang berada di tengah Mall dikelilingi aneka resto dan kafe. Banyak pilihan dibandingkan Smesco tahun 2016. Berhubung Earl Grey Tea dan Seafood for Lunch ditraktir mas Yon Bayu, saya tidak me-review apa yang saya makan dan minum. Siapa tahu nanti diajak Grebek Kuliner di situ sama Rahab Ganendra dan KPK. Yes?
Saya juga bertemu dengan Kompasianer yang tidak hadir pada dua Kompasianival sebelumnya.
Pertama-tama, saya perlu mengklarifikasi puisi penutup saya kemarin. Puisi itu saya tulis bukan karena saya tidak terpilih sebagai nominator.
Puisi itu saya tulis setelah pengumuman pemenang pre-event foto Instagram dengan caption puisi Joko Pinurbo. Saya mengunggah 4 (empat) buah potret ke Instagram, yes? Hasilnya:
NAMA SAYA TIDAK TERMASUK DALAM 15 NAMA YANG MENDAPAT SEAT “FOCUS ON JOKO PINURBO: MEMBEDAH BUKU LATIHAN TIDUR”.
Saya sakit hati (saat itu). Saya sudah mencopot celana demi mendapatkan kesempatan jadi murid JokPin! Naluri saya, jika 15 saja saya tidak terpilih, apalagi untuk menjadi salah satu dari 3 pemenang puisi pendek twitter! No? Yes!
Maka, puisi uneg-uneg yang dahsyat itu lahir. Blaaar!
Tetapi bak kata-kata bijak para motivator, di balik musibah ada hikmah kebijaksanaan dalam musyawarah. Karena tidak termasuk dalam 15 peserta Focus On, malah saya jadi ngobrol asik panjang lebar tinggi sama dengan volume sebagai sesama penyair dengan Joko Pinurbo di taman Halloween Lippo Mall. Jika Joko Pinurbo penyair beneran, saya penyair majenunan yang belajar dari penyair beneran.
3. Saya tidak tahu alasan memilih Kunto Aji sebagai penampil. Lagu-lagunya lebih cocok untuk menemani santap malam romantis atau tidur cantik. Untung saya diajak para pemenang pergi menghindar dan menyenyong rame-rame.
4. Sebagai peserta pertamax yang hadir, bahkan mengalahkan Kong Agil selaku preman Kemang, saya mengincar souvenir cangkir Kompasiana untuk pendaftar baru di meja yang menjual kartu flazz. Mas Nurul Uyuy berjanji akan memberi saya jika ada sisa, setelah saya membuat pengakuan bahwa saya seorang kolektor cangkir hadiah.
Kemana saya harus menuntut? Sampai kapan pun hutang mas Nurul Uyuy ke saya tidak saya lupakan sebelum lunas. Hahay!
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan:
Mas Nurul Uyuy punya hutang sama saya. Yes!
Saran:
1. Dua kali Kompasianival berlangsung tanpa melibatkan komunitas. Meski komunitas telah dibuatkan acara tersendiri, tapi jujur kacang ijo, kolaborasi terjadi karena adanya komunitas. Kita tak ingin Kompasianival hanya menjadi acara talk show open air atau kursus offline, yes?
2. Pilih pengisi acara penutup yang benar-benar bisa menghibur, komunikatif dan mengajak penonton untuk berpartisipasi. Saya bukan penggemar dangdut, tapi kalau malam itu penampil adalah penyanyi dangdut yang kreatif, mungkin saya akan bertahan sampai lampu Lippo Mall seluruhnya dipadamkan.
3. Kepada para pemenang Kompasianival Award, diberi waktu untuk menyampaikan victory speech.
4. Tambahkan kategori The Best Newcomer Award.
Dan seperti sebelum-sebelumnya, alasan saya tidak mention banyak nama karena takut salah.
Salam Kompasiana!
Bandung, 23 Oktober 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H