Bermula dari iseng, Darfina Dahlan (35 tahun) mendirikan'Meurasa', bumbu bubuk instan masakan Aceh.
Di sela-sela kesibukannya bekerja sebagai pegawai Kantor Gubernur Aceh; mengurus keluarga dan kuliah; istri dari Edi Sandra dan ibu empat anak: M. Hafiz Risqi, M. Harist Kausar, Ghina Kamila dan M. Hadian Rafa ini; masih sempat berjualan kue dan cake yang dibuatnya sendiri, selain aktif sebagai admin salah satu grup kuliner Aceh di media sosial.
Sebagaimana kebiasaan di daerah, setiap bulan Ramadan selalu diadakan pasar murah untuk masyarakat Banda Aceh. Mewakili grup kuliner, dia ikut berpartisipasi saat diadakan pasar murah pada tanggal 11 Juni 2015 oleh salah satu asosiasi pengusaha yang ada. Namun karena kesibukannya saat itu, yang dijual Darfina bukan kue-kue, melainkan bumbu kering yang diracik sendiri. Dengan modal awal Rp 50 ribu, Darfina yang merupakan lulusan S2 Pasca Sarjana Akuntansi Unsyiah tersebut menawarkan bumbu kering untuk memasak kari, masak merah, masak putih, dan meuaweh. Seperti disebutkan di awal, niatnya hanya iseng, just for fun. Produknya hanya dikemas dalam plastik dengan tempelan kertas bertulisan 'Meurasa', yang artinya 'terasa'.
Di luar dugaan, ternyata animo pembeli cukup tinggi. Apalagi kegiatan tersebut juga dipromosikan di grup medsos. Mulailah pesan masuk dari orang-orang yang berminat mendapatkan produk bumbu kering buatan Darfina.
Beberapa bulan kemudian, Kementerian Koperasi dan UKM mengadakan pameran di Pasar Aceh, Banda Aceh dengan mengajak para pengusaha kecil dan menengah di Aceh untuk berpartisipasi. Darfina turut serta memasarkan produk Meurasa. Kemasan diganti dengan mangkuk plastik untuk puding.Â
Setelah pameran tersebut, permintaan meningkat. Mengikuti saran suami, jika sebelumnya dia lebih sering menerima pesanan cake dan kue, Darfina mulai fokus hanya memproduksi bumbu kering. 'Meurasa' juga kerap hadir di pameran-pameran produksi dalam negeri, baik yang diadakan oleh Pemerintah maupun BUMN.
Darfina juga mendalami proses pembuatan bumbu bubuk instan dengan serius. Sebagai wanita yang bekerja, dia menyadari akan potensi pasar bumbu bubuk instan yang membantu ibu-ibu memasak masakan rumahan tanpa harus repot-repot menyiapkan bumbu yang cukup memakan waktu itu. Dengan tekun, dia melakukan percobaan demi percobaan sehingga akhirnya berhasil menemukan formula varian-varian bumbu instan yang tepat. 'Meurasa' merupakan bumbu bubuk instan tanpa bahan pengawet. Tanpa penyedap MSG, sehingga menyehatkan. Cukup banyak waktu dan biaya yang dihabiskannya sebelum berhasil seperti sekarang.
Karena bekerja tanpa pembantu, 'Meurasa' sempat jalan di tempat. Kadang-kadang produksi terhenti karena dia sudah lelah sepulang dari kantor. Perubahan terjadi saat Pekan Nasional Petani Nelayan XIV tahun 2017 di Aceh. Pada acara tersebut, produk 'Meurasa' telah dikemas dalam bungkus kemasan alumunium foil, sekaligus peluncuran produk varian baru: bumbu bubuk instan Mie Aceh dan minyak rempah 'Meurasa'. Kemasan baru menjamin isinya tahan lebih lama.