Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Literasi Estetika: Proses Belajar Seumur Hidup, Bukan Hasil Akhir

21 Agustus 2017   15:01 Diperbarui: 22 Agustus 2017   22:40 7175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang remaja putri sedang menggambar di alam terbuka (dok. I.H.)

Apakah yang dimaksud dengan literasi estetika? Secara sederhana, penulis mengartikannya sebagai kesadaran atau pengetahuan akan keindahan. Kesadaran  atau pengertian ini, yang didasarkan pada kombinasi antara imajinasi, pengetahuan dan perasaan sebagai sebuah visi pembelajaran lintas disiplin ilmu adalah inti literasi estetika.

Usia 'Emas'

Sebagai seorang 'tukang kebun' (baca: pengelola PAUD dan Sekolah Taman Kanak-kanak), penulis percaya bahwa 'usia emas' adalah saat 0 -- 6 tahun. Pada masa itu otak  manusia berkembang hingga 80% dari keseluruhan perjalanan hidup sebagai manusia. Para pakar pendidikan telah menyusun kurikulum dengan berbagai cara agar usia emas itu dimanfaatkan seoptimal mungkin tanpa menyebabkan anak lelah  dan jenuh. Seni adalah jawaban untuk hal tersebut.

Anak usia dini sedang mewarnai (dok. I.H.)
Anak usia dini sedang mewarnai (dok. I.H.)
Alasan mengapa seni baik untuk anak, di antaranya:
  1. Seni Mengembangkan Kemampuan Otak. Seni meningkatkan perhatian dan membuat anak fokus, mengembangkan koordinasi mata-tangan melalui praktik dan pemikiran, dan melibatkan interaksi dengan dunia nyata melalui berbagai alat dan media seni.
  2. Seni Membangkitkan Semangat Belajar dan Terbuka terhadap Gagasan Baru. Seni mengembangkan kemauan untuk mengeksplorasi apa yang belum pernah ada. Seni mengajarkan keberanian mengambil risiko dan terbuka terhadap berbagai kemungkinan. Seni memungkinkan seseorang berkembang dari kesalahan. Anak-anak yang kreativitasnya dirangsang terus-menerus terinspirasi untuk belajar lebih banyak.
  3. Seni Mengajarkan Cara Menyelesaikan Masalah. Mengerjakan proyek seni menunjukkan bahwa ada banyak solusi untuk masalah yang sama. Seni memperluas pengalaman dan mendorong pemikiran terbuka yang mendorong anak terus bertanya daripada mendapatkan jawaban mudah.
  4. Seni Melatih Mempertajam Indera. Seni membuka hati dan pikiran untuk kemungkinan,  membangun imajinasi. Seni adalah proses belajar menciptakan diri dan mendapatkan pengalaman dengan cara baru. Seni mendukung pandangan hidup yang lebih besar: keindahan, simbol, spiritualitas, pengisahan cerita, dan membantu kita melangkah ke depan. Seni membuat keajaiban tetap hidup.
  5. Seni Memfasilitasi Kecerdasan Emosional. Seni mendukung ekspresi perasaan kompleks sehingga membantu anak-anak memahami lebih baik tentang diri sendiri dan membantu memahami orang lain. Seni memberi makna pribadi dalam kehidupan, memberikan sukacita dalam diri yang diekspresikan dan dimunculkan dalam karya.
  6. Seni Mempersiapkan Anak untuk Masa Depan. Orang yang kreatif dan berpikiran terbuka sangat diinginkan di semua jalur karir. Seni dan pendidikan kreatif meningkatkan kualitas masa depan sang anak. Menjadi kreatif adalah keterampilan seumur hidup yang berguna dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu cara penulis membangkitkan minat seni pada anak adalah, pada awal tahun ajaran, penulis meminta para murid PAUD dan TK untuk menggambarkan rute perjalanan mereka dari rumah ke sekolah. Hal ini selain untuk melatih kemampuan menggambar, juga untuk memberi kesadaran spasial pada usia dini.

Mendorong Remaja untuk Menemukan Kekuatan Kreatif Diri

Sebagai orang tua, kita harus sadar bahwa usia remaja adalah masa-masa pencarian jati diri. Remaja kreatif cenderung untuk menjadi pemberontak tanpa alasan yang jelas. Bahkan, jika salah bergaul dapat berujung pada penghancuran diri sang anak. Tekanan lingkungan bagi remaja untuk menyesuaikan diri terutama agar dianggap 'asik' oleh teman sebayanya sangat besar. Hal ini perlu dipertimbangkan sehingga saat memfasilitasi mereka untuk berkesenian, perlu kita timbulkan rasa percaya diri bahwa mereka sesungguhnya 'berbakat'.

Jangan biarkan seorang atau sekelompok remaja merasa tidak pandai menggambar atau melukis. Tapi juga jangan biarkan mereka mempunyai anggapan bahwa suatu bentuk atau aliran seni lebih baik dari yang lainnya. Beri mereka tantangan untuk menciptakan karya seni yang ekspresif namun menyenangkan dan pada awalnya jangan beri tantangan artistik. Penting agar remaja menciptakan seni yang tidak ditentukan sebagai baik atau buruk oleh 'standar' temannya.

Kita semua pernah menjadi remaja. Kunci karya seni untuk remaja adalah proyek seni yang 'tidak untuk dievaluasi', yang menyenangkan, mengejutkan, menantang, kontemporer, dan bahkan lucu. Ajari mereka untuk menghargai proses, bukan hanya hasil akhir.

Seorang remaja putri sedang menggambar di alam terbuka (dok. I.H.)
Seorang remaja putri sedang menggambar di alam terbuka (dok. I.H.)
Literasi Estetika, Sebuah Proses Seumur Hidup

Manfaat mempelajari seni di usia di antaranya adalah untuk terapi dan juga untuk bersosialisasi. Riset menunjukkan bahwa melakukan aktivitas seni seperti mewarnai menunda masalah ingatan di usia senja.

Penelitian yang mengamati 256 orang berusia antara 85 sampai 89 tahun dan tidak memiliki masalah terkait ingatan pada awal penelitian diamati selama empat tahun. Orang-orang dalam penelitian tersebut melaporkan tingkat keterlibatan mereka dalam seni, termasuk melukis, menggambar, mematung, berkebun, membuat keramik, dan menjahit. Juga dicatat kehidupan sosial mereka: pergaulan, bepergian, dan menghadiri klub buku dan keagamaan, serta penggunaan komputer termasuk selancar Internet dan membeli barang secara daring. Hasil penelitian dipublikasikan dalam jurnal Neurology.

Penulis mempromosikan Drawing School pada Acara Piasan Seni Banda Aceh 2013 lalu (dok. I.H)
Penulis mempromosikan Drawing School pada Acara Piasan Seni Banda Aceh 2013 lalu (dok. I.H)
Orang yang melatih otot artistik mereka 73% lebih kecil kemungkinannya untuk mendapatkan  gangguan kognitif ringan, suatu kondisi yang berkaitan dengan masalah memori dan berkurangnya fungsi mental, dibandingkan mereka yang tidak mengambil bagian dalam aktivitas artistik. Orang-orang yang melakukan kerajinan tangan seperti memahat atau merajut kemungkinannya 45% lebih kecil  mendapatkan gangguan kognitif ringan daripada yang tidak melakukannya, dan pengguna komputer 53% lebih kecil kemungkinannya dibandingkan orang dewasa yang tidak menggunakan komputer. Mereka yang memiliki kehidupan sosial kemungkinannya 55% lebih kecil mendapatkan masalah memori daripada orang antisosial yang sebaya.

Selain itu, dengan mengikuti kelompok-kelompok komunitas atau sanggar melukis. Seorang bapak, ibu, kakek atau nenek yang bisa melukis dapat menularkan kemampuannya pada putra-putri atau cucunya dan menjadi kegiatan melukis baik di rumah atau di luar ruangan sebagai kegiatan keluarga.

Tidak ada kata terlambat untuk mempelajari seni. Tidak harus dengan bermimpi menjadi maestro atau melahirkan karya masterpiece. Yang paling utama adalah terus berbuat dan berkarya, minimal untuk kepuasan diri sendiri. Bagi penulis, sebuah karya selalu berharga, meski tidak harus dinilai dengan uang.

Anda layak bangga jika satu lukisan Anda dipajang di ruang tamu!

Ayah & Ibu (sketsa pensil 2B di atas kertas gambar, I.H)
Ayah & Ibu (sketsa pensil 2B di atas kertas gambar, I.H)
Bandung, 21 Agustus 2017



*penulis seorang nomaden yang sedang mengejar passion dalam menulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun