Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Merci Beaucoup, Monsieur Verne!

1 Juni 2016   18:12 Diperbarui: 2 Juni 2016   01:44 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai kutu buku kelas berat, aku menyukai bacaan bagus. Sulit untuk menentukan siapa yang jadi penulis terfavoritku, karena begitu banyak penulis yang telah menghasilkan karya-karya besar. Bahkan, tak jarang aku menemukan mutiara tersembunyi dari penulis-penulis tak ternama, dan itu jumlahnya tak terhingga.

Namun harus kuakui, aku tergila-gila dengan genre fiksi ilmiah. Bagiku, fiksi ilmiah merupakan imajinasi pengarang dalam memprediksi masa depan yang digali dari kebolehjadian, dan mungkin dapat terwujud sesuai perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan.

Penulis genre ini yang menjadi favoritku, antara lain: Jules Verne, Mary Shelley, Isaac Asimov, George Orwell, Aldous Huxley, Frank Herbert, H.G. Wells, Ray Bradbury, Phillip K. Dick, William Gibson, Larry Niven, Orson Scott Card, Kim Stanley Robinson, dan tak ketinggalan Djokolelono.

Pengalaman pertamaku berkenalan dengan fiksi ilmiah melalui komik Album Cerita Ternama terbitan Gramedia Pustaka Utama yang diterbitkan di Indonesia pada dasawarsa 1970-an sampai 1980-an, dengan jilid pertama yang berjudul 20.000 Mil Dibawah Laut yang disadur dari karya Jules Verne, Vingt Mille Lieues sous les mers.

Saat di Sekolah Menengah Pertama, sebagai pekerjaan rumah kami diwajibkan oleh guru bahasa Indonesia untuk menulis resensi novel. Meskipun perpustakaan sekolah koleksinya lumayan lengkap, tapi aku dan beberapa teman memutuskan untuk menjadi anggota Perpustakaan wilayah yang jaraknya hanya 300 meter dari sekolah. Perpustakaan Wilayah ini bukanya jam 08.00 -12.00 dan 16.00-18.00 setiap hari kerja.

Bisa dikatakan, hampir setiap sore aku dan kawan-kawan menjadi penghuni Perpustakaan Wilayah tersebut. Dari situlah, aku semakin mengenal karya-karya Bapak Fiksi Ilmiah, gelar terhormat yang diberikan pada Jules Verne.

Lahirnya Seorang Penulis

Jules Gabriel Verne lahir pada tanggal 8 Februari 1828 di kota Nantes, Perancis, kota pelabuhan yang sibuk. Selalu melihat kapal datang dan pergi memicu hasrat dan imajinasinya tentang perjalanan dan petualangan. Saat remaja bersekolah di sekolah besasrama, ia mulai menulis cerpen dan puisi.

Setamatnya dari sekolah, ayahnya menginginkan Verne mengikuti jejaknya dan mengirimnya ke Paris untuk mengambil kuliah di bidang hukum. Meskipun akhirnya tamat dan mendapat gelar Sarjana Hukum pada tahun 1850, selama di Paris, Verne lebih tertarik dengan dunia pentas. Dipengaruhi oleh sahabatnya yang juga penulis, Alexandre Dumas (Les Trois Mousquetaires), selama sepuluh tahun Jules Verne menulis banyak naskah drama, di antaranya  Le Colin-Maillard (Blind Man's Buff, 1853, bersama Carré dan Hignard) dan Les Compagnons de la Marjolaine (Knights of the Daffodil, 1855, bersama Carré dan Hignard)

Ternyata penghasilan dari menulis drama tidak dapat menopang hidup layak. Jules Verne sempat menjadi pialang saham, yang meskipun bukan merupakan minatnya namun mencukupi kebutuhan untuk hidup nyamanyang membuatnya mampu untuk melamar Honorine de Viane, seorang janda muda dengan dua anak perempuan, pada tahun 1857. Pada tahun yang sama, ia menerbitkan buku pertamanya, Le Salon de 1857 (The 1857 Salon).

Munculnya seorang Novelis

Jiwa petualangan Verne tak pernah padam. Tahun 1859-1860, Verne dan istrinya melakukan perjalanan ke Inggris yang menginspirasi Verne menulis Voyage en Angleterre et en Ecosse (Backwards to Britain). Pada tahun 1861, putra satu-satunya Michel Jean Pierre Verne, lahir.

Meskipun novel-novelnya ditolak mentah-mentah oleh penerbit, namun ia terus menulis. Perkenalannya dengan editor dan penerbit Jules Hetzel, mengubah nasibnya. Novel pertamanya yang diterbitkan sebagai cerita bersambung dalam Magazine d'Éducation et de Récréation milik Hetzel berjudul Cinq Semaines en Ballon (Five Weeks in a Balloon, 1863)mendapat sambutan khalayak, meskipun penjualan buknya kurang memuaskan. Saat itu usianya 35 tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun