[caption caption="Mobilis in Mobili | https://www.newscientist.com"][/caption]
seekor burung terbang tinggi, hutan di bawahnya bergerak menjauh
relativitas yang umum saja, kata einstein
belalang diam di bayang ilalang bersyukur karena luput dimangsa
bergerak hanyut bersama apung kerak bumi yang berotasi
dua puluh tiga jam lima puluh enam menit empat detik
pada sumbu sendiri-sudut miring dua puluh tiga setengah derajat
terhadap revolusi elipsoidal dalam tiga ratus enam puluh lima koma
dua ribu empat ratus dua puluh lima hari terhadap matahari
mengejawantah siklus empat musim subtropis
dan malam putih panjang pada kutub abadi
cair menuju banjir besar tanpa bahtera Nuh
atau menebal kristal, abad es segera menyusul
dan matahari berjalan pada tempat peredarannya**
jejak tapak tarian di sisi lingkar sabuk bimasakti
bersama kerdil putih kandil kuning raksasa merah
cakrawala peristiwa batas tarikan lubang hitam
dalam paduan simfoni pulsar quasar nova supernova
dan bersama galaksi lain, termasuk si cantik andromeda
koreografi dalam satu cluster jutaan tahun cahaya
bagian dari cluster-cluster pembentuk jagat raya
satu alam saja dari multisemesta dunia membran
karya Sang Maha Pencipta sebelas dimensi ruang waktu
Maha Mengkalkulasi langkah takdir tak terhingga
dinamis, semua bergerak dalam gerak dalam gerak dengan gerakan
tiada yang diam kecuali otak beku
pada hati hitam kelam membatu
Bandung, 4 April 2016
*mobilis in mobili : bergerak dalam benda bergerak, motto kapten Nemo untuk kapal selam Nautilus dalam novel Twenty Thousand Leagues Under the Sea (Jules Verne, 1870)
**dan matahari berjalan pada tempat peredarannya: tafsir ayat Q.S Yasin:38 yang disoalkan oleh Ade Armando pada status facebooknya (3 April 2016 23:16).
"Ini tulus bertanya: Kenapa ya dalam surat Yasin (38) dlm Quran dibilang 'matahari berjalan ditempat peredarannya'? Bukankah, matahari tiu diam?"
Dengan begitu banyak orang yang mempersoalkan statusnya tersebut, untuk membela diri, ia mengunggah sebuah gambar sampul buku disertai tulisan “Ternyata ada buku yang bilang: 'Matahari Mengelilingi Bumi'. Waduuuh! Gimana orang Islam bisa pinter kalau begini? Woi Depdikbud!”.
Cacat logika Ade adalah kategori non sequitur fallacy, karena buku tersebut merujuk pada ayat Al-Qur’an maka ia menyimpulkan Al-Qur’an salah, padahal sebagai akademisi seharusnya ia paham bahwa jika B berasal dari A; C berasal dari B, dan C tidak benar, bukan berarti bahwa A pasti tidak benar.
Diperparah lagi oleh kesalahan Ade: 'padahal matahari diam'.
Note: Admin K Yth.
Mohon maaf, tolong judulnya jangan diganti-ganti lagi, ya. Mobilis in Mobili (untuk Ade 'Tulus' Armando) sudah benar, kok. Terima kasih banyak
Puisi ini telah dimuat sebelumnya di facebook penulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H