Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Drama

Menilai Karya Sendiri, Mungkinkah? (Babak II)

1 April 2016   19:24 Diperbarui: 4 April 2016   23:08 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PM
 Kok Juri Yang Mulia tahu?

JM
 Yaiyalaaah! Lu itu gue dan gue itu lu!

Lu nulis puisi bukan karena terinspirasi, tapi caper!

PM
(manyun) Lanjuuut! 

JM
Mencintai Ratu Selatan karena lu mau gagah-gagahan dengan gaya Sandrian tahun delapan puluhan—

PM
(tak sabar)Lanjuuut!

JM
Terimalah nasib bahwa enam dari tujuh puisi lu gagal total.

PM
(mengharap) Berarti puisi yang ketujuh menang?

JM
 Gue menghargai usaha lu mengangkat genre musik lama sebagai basis puisi. Pertama kali lu nulis di K, lu coba gaya Betawi, cuma tanggung banget.

Stambul Kehidupan, lu mau bikin puisi gaya kroncong, stambul, gambang. Masalahnya, lu kagak definisikan apa itu ‘puisi’ kroncong atau puisi ‘stambul’ atau kalau lu lebih nekad lagi, puisi ‘tanjidor’, puisi ‘ondel-ondel’, puisi ‘saman’, dan seterusnya.

PM
 Jadi kalau aku bisa membuat definisi apa itu puisi kroncong atau puisi stambul, maka aku akan menang?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun