hanyalah seorang supir taksi,
 sebuah pengakuan sunyi
 veteran yang depresi
   aku takut memejamkan mata
   kronis mengidap insomnia
   tubuh karib terkoyak
siang malam menyusur medan-
 perang tanpa senjata
 korban harga diri
   pernah mengantar gadis muda
   masih bocah, sebenarnya
   menjajakan selangkangan
dan seorang wanita matang, cerdas
 relawan politikus busukÂ
 melenggang ke istana
   memintaku menjemputnya pulang
   pelipis membiru legam
   bibir merah, pecah
yang setelah menggenggam kuasa
 lupa janji manis: iblis-
 bertopeng manusia
   malam murka hujan badai
   bocah malang patah
   tulang tiga bagian
susah tidur aku, meski ingin
 memimpi wanita idealis
 yang buta cinta
   hanya supir taksi, percayalah
   yang meradang dengan-
   tendangan dan kepalan
masih tersisa granat tangan
 tanda mata rimba
 suku pejuang merdeka
   laki-laki hidung belangÂ
   mucikari asu buntungÂ
   masih bisa bilang: ampun
akan kuhabisi politisi keji
 dengan gegar dentuman
 tumpaskan benalu
   cukup sekian renungan
   dari seorang veteran
   kini supir taksi
Â
Bandung, 23 Maret 2016
Â
Terinspirasi film
Taxi Driver (Martin Scorsese, 1976)
Â
Seorang veteran Perang Vietnam dengan gangguan jiwa bekerja sebagai sopir taksi setiap malam di kota New York, dan ketika melihat dekadensi dan kebatilan mendorongnya untuk melakukan aksi kekerasan, dan dalam proses itu, ia menyelamatkan seorang pelacur anak-anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H