Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pengakuan Seorang Supir Taksi

15 Juni 2021   06:08 Diperbarui: 15 Juni 2021   06:28 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

hanyalah seorang supir taksi,
 sebuah pengakuan sunyi
 veteran yang depresi

     aku takut memejamkan mata
      kronis mengidap insomnia
      tubuh karib terkoyak

siang malam menyusur medan-
 perang tanpa senjata
 korban harga diri

     pernah mengantar gadis muda
      masih bocah, sebenarnya
      menjajakan selangkangan

dan seorang wanita matang, cerdas
 relawan politikus busuk 
 melenggang ke istana

     memintaku menjemputnya pulang
      pelipis membiru legam
      bibir merah, pecah

yang setelah menggenggam kuasa
 lupa janji manis: iblis-
 bertopeng manusia

     malam murka hujan badai
      bocah malang patah
      tulang tiga bagian

susah tidur aku, meski ingin
 memimpi wanita idealis
 yang buta cinta

     hanya supir taksi, percayalah
      yang meradang dengan-
      tendangan dan kepalan

masih tersisa granat tangan
 tanda mata rimba
 suku pejuang merdeka

     laki-laki hidung belang 
      mucikari asu buntung 
      masih bisa bilang: ampun

akan kuhabisi politisi keji
 dengan gegar dentuman
 tumpaskan benalu

     cukup sekian renungan
      dari seorang veteran
      kini supir taksi

 

Bandung, 23 Maret 2016

 

Terinspirasi film

Taxi Driver (Martin Scorsese, 1976)
 
Seorang veteran Perang Vietnam dengan gangguan jiwa bekerja sebagai sopir taksi setiap malam di kota New York, dan ketika melihat dekadensi dan kebatilan mendorongnya untuk melakukan aksi kekerasan, dan dalam proses itu, ia menyelamatkan seorang pelacur anak-anak.

Sumber ilustrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun