Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sang Pencerah

5 Juni 2021   23:34 Diperbarui: 6 Juni 2021   00:18 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

oh, lelaki bijak penambang perahu menyeberang sungai!
 ajarkan kami tentang kearifan yang mengalir dari hulu 
 berkilau keperakan membawa sejarah dilakoni para raja,
 fakir, pezina, pedagang, ayah, ibu, anak, pengelana, guru 
 begawan; sendiri beramai mengarus ke samudra lepas.

tak mungkin kuberkisah tentang sesiapa yang tak kukenal;
 selain diriku, penambang tua dari titik tepi ke titik lain
 sebagai kebenaran mempunyai dua sisi yang beroposisi
 bermula kisah dari muda belia pangeran mencari jalan
 di malam buta meninggalkan segala yang menjadi beban

pertapa pengemis sramana tanpa harta milik pribadi
 bersama govinda sahabat sejati mencari pencerahan diri
 bertemu sang gotama di bawah pohon besar bodi
 memberi penerangan pada banyak orang, tapi bukanku
 untuk govinda, ya; namun untukku ‘kan cari sendiri

di sungai ini, aku harus menuju seberang sana,
 perahu tambang dan seorang tua nan bijaksana
 suatu masa dulu, ku tak punya punya meski sekeping 
 basudewa, penambang yang belajar dari nyanyian-
 sungai abadi berganti tak pernah sama tak henti

kamala, oh, kecantikannya tiada dewi menandingi
 pelacur termahal, kuminta jadi guru ilmu bercinta
 satu pinta, sbagai murid kamasutra nirwana dunia
 pelajari ekonomi dari kamaswami, sebagai mitra
 aku berhasil, kurasakan jiwa semakin hampa

kutinggalkan kamala, cermin buram hati putus asa
 nyaris kututup kisah, om, kesadaran dalam satu kata
 basudewa, dan perahu tambang menemani hari
 belajar tentang ruhani dari swara gita air kali

 dalam penyucian diri, kamala dan bocah kecil
 bernama sama denganku, siddhartha muda
 kamala dan racun bisa kobra, oh kamala ibu-
 anakku yang kini jadi piatu—daur dalam karma
 siddhartha muda mencari jalan, damai untuknya

ajarkan kami, kearifan mengalir di air sungai!
 ada dalam diri, wahai pencari kebenaran
 cari dalam hati yang terang cahaya benderang
 ada dalam diri dan jagat semesta raya, 
 kebenaran di balik kebenaran


Bandung, 10 Maret 2016

 

Terinspirasi novel Siddhartha (Herman Hesse)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun