Oh, lelaki itu menerabas hujan badai yang menggila dengan kecepatan penuh. Tak ada yang bisa melihat air matanya mengalir deras laksana tanggul jebol dihantam hujan seratus tahun di balik pelindung muka helmnya yang mengabut. Ia mengatupkan rahang sekeras-kerasnya, menahan raungan luka yang menggulung-gulung mendesak dada. Perlahan-lahan, rahang yang kaku dingin itu mendesis:
“Dunia akhirat aku takkan pernah memaafkannya. Sungguh, benciku tumpah ruah untuknya.”
Dan petir menyala sambar-menyambar, gemuruh-guruh-guntur menjawab membahana:
“Doamu telah dikabulkan-Nya.”
Bandung, 23 Januari 2016
Terinspirasi Crying – Roy Orbison
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H