Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tanka dan Somonka

13 Januari 2016   07:50 Diperbarui: 13 Januari 2016   13:19 2872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanka
 

Jika haiku adalah puisi 3 baris dengan 5-7-5 suku kata atau satuan bunyi, maka tanka dapat dikatakan sebagai puisi 5 baris, 5-7-5-7-7 suku kata atau satuan bunyi.

Sementara citra masih penting dalam tanka, bentuk puisi ini lebih banyak bicara daripada haiku. Tanka juga membolehkan penggunaan perangkat puitis seperti metafora dan personifikasi ( 2 hal yang sangat terlarang dalam haiku ).

Seperti haiku, tanka adalah bentuk puisi yang berasal dari Jepang.

Berikut adalah contoh tanka yang dibuat penulis:

Menjelang pagi
jiwa tak hendak tidur
menanya soal
mula alam semesta
hampa mutlak meledak

 

Banda Aceh, 13 Januari 2016

– Ikhwanul Halim

 

Somonka
 

Somonka pada dasarnya adalah kolaborasi dua tanka yang ditulis sebagai dua surat cinta (satu tanka per surat cinta). Bentuk ini biasanya dibuat oleh dua orang penulis, namun bisa juga seorang penyair berperan sebagai dua orang.

Contoh pertama adalah somonka yang dibuat penulis sebagai dua orang yang berbeda. Sedangkan tiga somonka berikutnya adalah kolabrasi dengan para Sahabat Rumpies sebagai bagian dari tantangan Berbalas Puisi Malam Minggu komunitas Rumpies The Club, tanggal 9 Januari 2016.

Tejo dan Surti
 

maafkan aku
menyakiti hatimu
aku bernafsu
sunyi pematang sawah
membuatku bergairah

takkan percaya
benci, nafsumu belaka
tak ada cinta
dulu pernah bersemi
tapi kini tak lagi

 

Bandung, 7 Desember 2015

– Ikhwanul Halim

 

 

Bukankah aku
Telah bilang padamu
Jika cintaku
Hanya untukmu kasih
Mengapa masih ragu

masih kuragu
jika seuntai kata-
sebagai bukti;
tentu bulan purnama-
takkan pernah menyabit

 

– Ay Mahening dan Ikhwanul Halim

 

 

ku titip rindu
teruntuk kau di sana
pada sang angin
di tengah sepi jiwa
melawan pesonamu

kujerat rindu
yang terbang di udara
terbawa badai
puting beliung jiwa
tak mampu bunuh sepi

 

– Hasiati Kimia dan Ikhwanul Halim

 

‎

kasih termenung
Malam minggu sendiri
Hadirkan bayang
Rupa wajah kekasih
Beradu dalam mimpi

‪hujan menggila
bayanganmu mendekat
dingin menggigil
ingin kudekap erat
ternyata hanya mimpi

 

– Diah Ayu dan Ikhwanul Halim

 

Terima kasih kepada Sahabat Rumpies Ay Mahening, Hasiati Kimia dan Diah Ayu untuk tanka yang indah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun