Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Anak Bawang Digiring Kucing (Catatan Kompasianival 2015)

15 Desember 2015   01:17 Diperbarui: 15 Desember 2015   09:32 6563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Booth RTC di Kompasianival 2015j"][/caption]Sebagai K’er pemula, ini kehadiran perdanaku di ajang Kompasianival. Semuanya berawal dari perkenalanku dengan Rumpies The Club (RTC) yang berujung pada pendaulatan diriku (olehku sendiri) sebagai penyair majnun.  

Ajang lomba menulis puisi yang diadakan RTC bertema Hari Kemerdekaan Agustus lalu memaksaku untuk membuat akun Kompas, sehingga si penyair abal-abal ini resmi terverifikasi ijo royo-royo. Manusia Berwajah Kucing bernama Sam Trader yang paling bertanggungjawab terhadap malapetaka ini. sehingga ketika aku diajaknya untuk mengabadikan momen-momen dalam ajang tahunan K’er bertajuk Kompasianival 2015, aku tak berdaya untuk ‘Say No to Cat’. Sebagai anak bawang, aku digiring kucing.

Ringkat cerita, pagi 12 Desember 2015, saat sebagian manusia penghuni megapolitan bernama Jakarta masih terlelap, aku sudah nangkring  di Lapangan Parkir Lobby Timur Gandaria City. Tenda-tenda yang mengingatkanku pada pengungsi gempa tsunami (tapi lebih bagus) sudah berdiri dengan kokohnya. Buktinya hujan angin yang menyerbu siang itu tak berpengaruh apa-apa. Konon ada 16 booth komunitas K’er yang hadir. Bodohnya aku tidak menghitung, mungkin karena masih terpana melihat begitu banyak penulis yang lalu-lalang, bertegur sapa, berdiskusi dengan serius namun penuh canda.

[caption caption="Romo Mudji Sutrisno, Sj"]

[/caption]

Apalagi bersebelah dengan booth kami terdapat booth komunitas daerah, yaitu Bolang yang berasal dari Malang, Konek yang merupakan komunitas K’er Surabaya, Koma berasal dari Ambon Manise, dan juga Bandung yang berasal dari….Bandung, kotaku sekarang. Wajar jika banyak pengunjung yang bertanya kami, RTC, berasal dari daerah mana.

Rumpies yang merupakan ‘Rumah Pena Inspirasi Sahabat’ adalah komunitas penulis fiksi. Segala bentuk fiksi baik puisi maupun prosa. Meskipun baru berdiri April Mop tahun ini, RTC telah melahirkan dua buku kompilasi dan dua lagi sedang dalam proses. Belum lagi buku-buku independen karya anggota, seperti Kumpulan Cerpen 'Sebut Aku Iblis' karya Fitri Manalu dan Rudie Chakil dengan novel prosa liris 'Super Indigo'nya

Kami saling berbagi. Anggota kami berasal dari seluruh Indonesia sambung menyambung menjadi satu.

Karena baru pertama kali aku mengikuti ajang ini, aku tak punya pembanding seperti para senior yang sudah berkali-kali menghadiri Kompasianival tahun-tahun sebelumnya. Tapi buatku, hadir selama dua hari penuh memberikan banyak manfaat buatku pribadi. Aku berkenalan dengan penulis-penulis senior, mencuri ilmu bahkan foto bareng dengan mereka. Kalaupun ada kekurangannya adalah: Aku gagal bertemu Djenar Maesa Ayu yang tadinya menjadi tujuan utamaku menghadiri Kompasianival, karena sedang menonton diskusi beberapa senior yang entah mengapa suka sekali ngariung di lapak RTC. Padahal kami tidak menyediakan minuman air mineral, apalagi kopi. Kue-kuepun dapatnya gratisan dari hasil bolak-balik ke lapak Kompasianer Penggila Kuliner (KPK) yang kebetulan dekat dengan booth kami.

[caption caption="Beginilah para senior bergaya...."]

[/caption]

Tapi setelah kupikir lagi, aku sama sekali tak rugi. Diskusi-diskusi itu hanya terjadi sekali itu saja, takkan terulang lagi. Jika umurku panjang dan Djenar Maesa Ayu memang jodohku (untuk dimintai foto bareng), mudah-mudahan kesempatan itu akan datang lagi dan lagi dan lagi.

Sebetulnya masih ingin menulis lebih banyak lagi, tapi badanku rasanya masih remuk kelelahan. Aku menulis ini dalam keadaan mengantuk hingga terangguk-angguk dan berkali-kali typo. Sale-sale kate maapin aye.

Terima kasih Kompasiana. Terimakasih panitia yang namanya tak bisa kuingat semuanya. Terima kasih rekan-rekan Koma, KPK, Bolang, Konek, Kutu Buku, Koprol, Fiksiana, Desa Rangkat, Koplak Yoband, dll (menulis nama beresiko salah yang memalukan). Terima kasih kepada Roesda Leikawa dari Koma yang telah menyempatkan diri membacakan puisiku secara live di lapak RTC. Terima kasih kepada Hai Hai Bengcu yang telah menghibur dengan suling mautnya. Terima kasih uda Iskandar Zulkarnain untuk 'Mandeh, Aku Pulang'nya. Terima kasih RTC (you-know-who-you-are) dan para miminnya yang ketjeh-ketjeh: Fitri Manalu, Ay Mahening, Yani Handayani, Sam Trader, Siti Nurhasanah, Safriansyah Viola, Mega Sari, Wahyu Sapta, Septi Yaning dan Zoel Za’nwar. Meskipun ajang kali ini kita belum semua bertemu, mudah-mudahan masih ada waktu tahun depan kita berjumpa pula. Indonesia Juara!

[caption caption="Pendekar Suling Emas Bu Beng Haihai"]

[/caption]

Foto-foto adalah koleksi pribadi penulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun