Maximilianus Transylvanus dalam bukunya "De Moluccis Insulis", tahun 1523, menceritakan bahwa asal muasal nama burung cenderawasih bersumber dari hasil wawancaranya dengan kru kapal Magellan yang selamat. Kru yang selamat dari rute sebelumnya, dengan kapal Trinidad dan Victoria mencapai Pelabuhan Tidore pada 08 November 1521. Kedatangan mereka yang berlabuh di Pelabuhan Tidore  - yang sekembalinya ke Spanyol membawa berbagai muatan rempah selama kurang lebih enam minggu- ditandai dengan dentuman artileri tanda persahabatan.
Saat berlabuh selama enam minggu,kru tersebut diduga mendapatkan cerita dari Sultan Bacan, yang menjelaskan bahwa jiwa (soul) memiliki sifat tak fana, meski telah terlepas dari raga. Sebagian dari jiwa-jiwa tersebut bersemayam dalam raga mahluk lain, salah satunya burung cenderawasih. Apa kaitannya dengan burung cenderawasih, masyarakat setempat tak pernah melihat burung ini menginjak tanah. Jika ditemukan di tanah dalam keadaan jatuh mati, itupun langsung dari langit. Itulah sebabnya Maximilianus Transylvanus menuliskan dalam bukunya, burung tersebut dikenal oleh masyarakat Maluku dengan nama Mamuco Diata (Burung Dewata).Â
Menarik untuk diteliti lebih lanjut, apakah pemberian 5 spesimen burung cenderawasih oleh Sultan Bacan ada peran Enrique dari Melaka - yang dikenal juga dengan Enrique of Moluccas atau Henry the Black- sebagai penerjemahnya, karena ia satu-satunya awak yang mampu berbahasa melayu.
Buku The Farnese Hours adalah salah satu bentuk karya para biarawan Romawi abad ke-16 yang memiliki tugas ; menyalin manuskrip lama, pada siang hari, enam hari dalam seminggu. Waktu senggang mereka hanya berlaku saat makan, tidur, berdoa dan ke kamar mandi. Untuk mengatasi kebosanannya, para biarawan menambahkan dekorasi pada setiap halaman buku tersebut. Ini juga menjadi cara menyalurkan bakat dan kreativitas seni mereka,yang tentu saat itu adalah masa keemasan karya seni di Eropa, termasuk manuskrip bergambar.
Selain mengungkap gambar burung cenderawasih, Buku The Farnese Hours syarat dengan berbagai tema dan ilustrasinya, antara lain Adoration of the Shepherds, Adam and Eve, The Fall of Man, The Visit of the Magi, The Crucifixion, Moses Lifting up the Serpent in the Wilderness, the Annunciation to the Shepherds, dan August and the Sibyl.
Selama kurang lebih 5 abad lamanya (terhitung hingga saat ini) buku The Farnese Hours telah beralih tangan ke 13 pemilik yang berbeda. Saat ini, buku  tersebut menjadi koleksi J.P. Morgan melalui The Morgan Library and Museum, New York.Â
Sumber Tulisan :
Anonymous. (2014). Â Giulio Clovio. Art Now and Then. Diakse 25 Desember 2022 from http://art-now-and-then.blogspot.com/2014/09/giulio-clovio.html
Borden, J.F. Â (2009). Bird of paradise motive by Julie Klovic in The Farnese Hour.. Journal of Iconographic Studies. 2. 297 - 304.