Mohon tunggu...
Yayan Sopian
Yayan Sopian Mohon Tunggu... Guru - Guru yang belum bisa digugu dan ditiru

..

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Gim Ini Bisa Membantu Anak-anak di Papua Mengenal 12 Jenis Burung Cenderawasih, Lho!

6 April 2021   22:26 Diperbarui: 6 April 2021   23:22 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gim Animal Jam. Pertama kali rilis tahun 2010 (sumber gambar: www.animaljam.com)

Apakah anda termasuk orang tua yang melarang anaknya memakai gadget untuk bermain gim? Jawabannya pasti akan beragam dan terpolarisasi ke jawaban "iya", "iya, tapi diperbolehkan dalam pemakaian terbatas", atau "tidak". Tidak ada yang keliru dengan semua jawaban tersebut karena memiliki alasannya masing-masing.

Saya sendiri termasuk orang tua yang mengijinkan anaknya memakai gadget pada hari-hari tertentu - libur dan akhir pekan- terpantau, durasi terbatas.

Kemampuan digital anak saya dalam mengoperasikan beberapa gim yang saat ini cukup populer -untuk seusianya- ditambah inisiatifnya untuk menambah kemampuan dan leveling dengan mencari referensi di Youtube misalnya, benar-benar membuat saya merasa jauh tertinggal. 

Kosa kata dalam bahasa asing -terutama Inggris- cukup akrab dengan mereka. Pernah satu hari saya coba menguping -seolah-olah tidak peduli- pembicaraan tentang gim dan trik-triknya, antara anak saya dengan kakak sepupunya. 

Kosa kata seperti over powered, reconnecting, reject, gain power dan masih banyak lainnya yang biasa terlontar ketika sedang bermain. Dari cara pengucapan nampaknya tidak perlu diajarkan lagi, karena mereka belajar langsung dari suara native speakers yang didengar. Ada kalanya mereka meminta bantuan saya untuk merangkai fonem dan suku kata yang membentuk kata-kata tersebut.

Pengalaman ini 'mungkin' bisa saja berlaku pada pembaca yang saat ini memiliki anak. Sebagai orang tua terkadang muncul kekhawatiran akan over exposed oleh gim-gim tersebut.  Saya pernah memiliki pengalaman (lebih dari belasan tahun lalu) semasa duduk di bangku SMP. 

Beruntungnya, kakak-kakak saya saat itu memiliki peran signifikan mengontrol saya agar tidak over exposed  oleh video gim. Sekali lagi pentingnya peran controller, dalam hal ini orang tua atau orang yang lebih tua dan mungkin juga teman sebaya.

Perkembangan dunia Teknologi Informasi dan Komunikasi saat ini yang mengikuti deret ukur, seakan-akan memaksa kita untuk senantiasa beradaptasi. Istilah pembelajaran daring dan segala aktivitas yang dilakukan remotely menjadi sebuah kenormalan saat ini. Sebelum pandemi yang disebabkan oleh COVID-19, sebenarnya aktivitas daring sudah lama diinisiasi. 

Namun satu tahun belakangan ini aktivitas daring menjadi satu pilihan 'terbaik' tanpa harus berinteraksi secara fisik. Bahkan kenormalan ini berlaku pula pada jenjang Pendidikan Anak Usia Dini.

Perintis Gojek, Mas Nadiem Makariem, pada satu kesempatan di awal-awal ketika menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, sempat menyingung tentang pentingnya Internet of Things, Big Data dan Artificial Intelligence, saat ini dan masa datang. Jika dikaitkan dengan perannya sebagai Mendikbud, tentu sebuah pekerjaan rumah yang tidak mudah. Teodor Teofilov, jurnalis lepas Bulgaria, merinci 42 profesi masa depan. Dari jumlah tersebut nampaknya tidak ada satu pun yang mustahil terlepas dari pemanfaatan IT.  

Setali dua uang dengan yang disampaikannya,  3 tahun lalu ketika masih mengambil program master di Marshall University, salah satu Mata Kuliah Pilihan yang saya ambil yakni Aquatic Toxicology, dimana lebih dari 90 persen perkuliahan dilakukan di Laboratorium, yang terletak persis di depan ruang bertulis Cyber Security Laboratory.  Awalnya saya mengira ini adalah laboratorium komputer biasa, ternyata laboratorium khusus mahasiswa S-2 jurusan Cyber Forensics and Security.

Lalu apa kaitannya dengan artikel ini? Pemaparan diatas memang cukup panjang terlepas dari pro kontra apakah gadget baik untuk anak kita. Beberapa waktu lalu ketika sedang googling, tidak sengaja menemukan satu laman yang berjudul Animal Jam Classic. Sebuah gim hasil kolaborasi WildWorks dan National Geographic Society. 

Apa yang membuat saya mengklik laman tersebut, karena salah satu gambar hasil penelusuran dari gim ini menampilkan burung cenderawasih kuning kecil (Paradisaea minor). Salah satu fauna endemik dari Papua. Penasaran dengan penjelasan rincinya saya pun mempelajari -meski belum pernah memainkan- gim ini. 

Sesuai namanya, gim ini mengajak pemainnya untuk menemukan dan belajar hal-hal terkait fauna dalam bentuk beberapa permainan, seperti mini games, puzzles, petualangan, pesta dan interaksi sosial. 

Awalnya gim Animal Jam hanya memuat enam karakter fauna utama, yang mewakili beberapa bioma, yakni panda, kelinci, serigala, harimau, koala dan kera. 

Namun seiring dengan bertambahnya peminat, karakter fauna lainnya diikutsertakan. Termasuk penambahan karakter Burung Cenderawasih. Gim ini kerap mendapat sejumlah penghargaan. Penghargaan terbaru di tahun 2017, sebagai gim terbaik di ajang Google Play Awards, untuk kategori Best Kids App.

Gim Animal Jam. Pertama kali rilis tahun 2010 (sumber gambar: www.animaljam.com)
Gim Animal Jam. Pertama kali rilis tahun 2010 (sumber gambar: www.animaljam.com)

Selain secara tersirat gim ini memang mengenalkan tentang keanekaragaman hayati. Nilai edukasi lainnya adalah dengan menghadirkan konten video dari para pakar  National Geographic Society, seperti herpetolog Brady Barr dan Marine Biologist, Tierney Thys.

Bagaimana karakter burung cenderawasih bisa disisipkan menjadi bagian gim Animal Jam? Saya menduga penambahan tersebut tidak terlepas dari hasil riset Tim Laman dan Edwin Scholes, peneliti dari National Geographic Society, yang kemudian diversifikasi sebagai bagian edukasi untuk menjangkau segmen anak-anak, seperti halnya pameran (yang saya kunjungi) tentang Burung Cenderawasih di Perot Museum of Nature and Science di Kota Dallas, Texas.

Saya pun merinci jumlah jenis Burung Cenderawasih yang dapat dikenal melalui gim ini.  Ada 12 jenis atau sekira 29%  dari 42 spesies Burung Cenderawasih yang sampai saat ini telah teridentifikasi .

Apa saja 12 jenis cenderawasih dimaksud? Penulis mencoba mengidentifikasinya, antara lain:

1. Lesser Bird of Paradise atau Cenderawasih Kuning Kecil (Paradisaea minor)

2. Greater Bird of Paradise atau Cenderawasih Kuning Besar (Paradisaea apoda)

3. Blue Bird of Paradise atau Cenderawasih Biru (Paradisaea rudolphi)

4. The King Bird of Paradise atau Cenderawasih Raja (Cicinnurus regius)

5. King of Saxony Bird of Paradise atau Cenderawasih Panji (Pteridophora alberti)

6. The Red Bird of Paradise atau Cenderawasih Merah (Paradisaea rubra)

7. Wilson's Bird of Paradise atau Cenderawasih Botak (Cicinnurus respublica)

8. Western Parotia atau Parotia Arfak (Parotia sefilata)

9. The Twelve Wired Bird of Paradise atau Cenderawasih Mati Kawat (Seleucidis melanoleucus)

10. Magnificent Rifle Bird  atau Toowa Cemerlang (Ptiloris magnificus)

11. Paradise Riffle Bird (Lophorina paradisea)

12. Victoria's Riffle Bird (Lophorina victoriae)

12 Jenis Burung Cenderawasih di Gim Animal Jam / animaljamworld.com
12 Jenis Burung Cenderawasih di Gim Animal Jam / animaljamworld.com
Penambahan 12 karakter Burung Cenderawasih di gim ini tentu menjadi istimewa.  Mengapa demikian? Sebagai salah seorang pengajar di Papua, saya kerap bertanya tentang fauna ini kepada peserta didik dengan pertanyaan sederhana; "Burung Cenderawasih yang memiliki bulu yang menarik/eksotis apakah jantan atau betina?" "Ada berapa jumlah spesies yang termasuk dalam keluarga Burung Cenderawasih?" 

Sayangnya untuk pertanyaan pertama hanya 1 dari 5 peserta didik yang dapat menjawabnya. Pertanyaan kedua tanpa peserta didik melakukan googling, nyaris belum ada yang bisa menjawabnya. Karenanya, gim Animal Jam memiliki peluang untuk dijadikan sebagai salah satu referensi  untuk anak-anak di Papua mengenal keragaman Burung Cenderawasih.

Mengenalkan gim ini kepada anak-anak di Papua, diharapkan selain bersifat recreational sekaligus belajar tentang keragaman fauna khususnya cenderawasih. 

Dengan demikian, bukan hanya mengenal secara virtual saja melalui gim. Tetapi memotivasi mereka untuk mengenal burung surga ini secara langsung. Beberapa tempat ekowisata di Papua, seperti di Raja Ampat, Kabupaten Jayapura dan Yapen Waropen, yang menawarkan paket Birdwatching  akan melengkapi pengalaman dan pengetahuan mereka berjumpa dengan burung surga. 

Apa harapan jangka panjang dari gim ini untuk anak-anak di Papua? Tidak hanya sebagai penggemar gim saja dan mengenal fauna khususnya keragaman jenis cenderawasih. 

Diharapkan mereka terinspirasi dan termotivasi untuk mengenalkan keaneragaman hayati Papua melalui gim yang dirancangnya. Sehingga di masa datang akan muncul generasi dari Papua yang handal dalam bidang pengembangan gim serupa, seiring dengan terbukanya akses untuk belajar baik secara daring maupun luring. 

Selain itu, meski mereka bergerak di bidang pengembangan aplikasi gim dan bidang yang menjadi bagian dari efek dominonya (yang juga termasuk profesi-profesi masa depan sebagaimana pemaparan Teodor Teofilov), tetapi nilai-nilai konservasi lingkungan tercermin pada karya mereka kelak. Semoga.

Salam Hijau,

Sentani, 07 April 2021

Utasan
animaljam.com/en
burungcantik.com
cnbcindonesia.com
medium.com/swlh
wikipedia.org

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun