Sumber Foto: Okezone
Angka 7 (tujuh) bukan sekadar bilangan. Bagi banyak orang, angka 7 adalah simbol keberuntungan. Mungkin, karena itu banyak superstar sepakbola yang memilih nomor punggung 7, seperti Eric Cantona, David Beckham dan Cristiano Ronaldo alias CR7.
Faktanya, kebetulan atau tidak, ternyata angka 7 memiliki kaitan erat dengan berbagai aspek kehidupan kita. Misalnya, jumlah hari dalam seminggu (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu), warna pelangi (Merah, Jingga, Kuning, Hijau, Biru, Nila, dan Unggu), not dasar dalam lagu (Do, Re, Mi, Fa, Sol, La, dan Si), dan benua di dunia (Asia, Australia, Eropa, Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Antartika).          Â
Angka 7 juga memiliki keistimewaan tersendiri bagi Indonesia. Ungkapan atau peristiwa yang menyertakan angka 7 sudah lama dikenal masyarakat kita. Misalnya, ‘pusing 7 keliling’, ‘7 purnama’, ‘7 bulanan’, dan ‘mandi kembang 7 rupa’. Bahkan, sebenarnya tanggal kemerdekaan kita pun mengandung angka 7. Jika semua angka dalam tanggal kemerdekaan kita jumlahkan (1 + 7 + 8 + 1 + 9 + 4 + 5 = 35), kemudian dibagi 5 maka hasilnya adalah 7.
Tahun ini, angka 7 terasa lebih spesial karena bertepatan dengan HUT Kemerdekaan RI ke-70, Indonesia juga dipimpin oleh Presidan RI ke-7 Joko Widodo (Jokowi). Boleh jadi, ini sebuah isyarat bagi bangsa kita untuk melakukan refleksi dan menemukan sesungguhnya apa hakikat kemerdekaan itu.
Di satu sisi, kita patut bersyukur, telah banyak perbaikan dan kemajuan yang kita rasakan selama 7 dekade ini. Akan tetapi, harus kita akui, cita-cita kemerdekaan para pendiri bangsa ini, seperti terciptanya masyarakat adil dan makmur, belum sepenuhnya terpenuhi. Penyebabnya, meski kita telah merdeka dari penjajahan kolonial, namun kita belum benar-benar merdeka dari para penjajahan dalam bentuk laten.
Paling tidak, ada 7 penjajahan laten yang telah memerangkap dan menghambat potensi besar bangsa Indonesia. Kita pun menaruh harapan besar, semoga saja Presiden RI ke-7 Jokowi mampu memimpin bangsa ini untuk merdeka dari 7 penjajah laten tersebut. Sehingga, tuju(h)an kemerdekaan yang hakiki, seperti yang dimanatkan dalam pembukaan UUD 1945[1], bisa terwujud.
Pertama, Merdeka dari Korupsi. Boleh jadi, korupsi adalah penjajah terbesar bangsa kita. Belenggu korupsi menjerat bangsa ini dengan begitu masifnya. Korupsi nyaris ada di semua tingkatan, dari pejabat tinggi negara sampai rakyat jelata, birokrat maupun swasta. Tak heran jika Transparency International menempatkan indeks korupsi Indonesia ada di peringkat 107 dari 175 negara[2]. Sementara, mantan Ketua KPK Abraham Samad memperkirakan potensi uang negara yang menguap akibat korupsi mencapai lebih dari 7 ribu triliun setiap tahunnya[3]. Ini jelas bukan prestasi yang membanggakan.
Korupsi adalah penjajah laten yang luar biasa merusak. Ia menghisap habis kekayaan negeri kita, menghambat laju pembangunan, dan memerangkap rakyat dalam lingkaran kemiskinan abadi. Korupsi adalah virus yang amat mematikan. Ia mematikan nurani, menumpulkan moral, menghilangkan integritas, dan membunuh masa depan bangsa ini. Hanya bila bangsa kita mampu memerdekakan diri dari korupsi-lah pintu gerbang menuju Indonesia yang makmur dan sejahtera terbuka lebar.
Tulisan lengkapnya:Â http://writing-contest.bisnis.com/artikel/read/20150904/405/469168/7-harapan-kemerdekaan-kepada-presiden-ke-7
NB: Jika suka, silahkan di-share / vote :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H