Tentu Covid 19 menjadikan kita terus waspada dan rasa mencekam hingga tak sedepakpun bisa mengubah keyakinan kita bersilaturahmi yang terkendala.Â
Aku memahaminya sebagai bagian dari ketakutan jiwa yang mencekam atau bagian "self defense"Â aku adalah aku. Enyahlah covid 19 dan mudahkanlah para saudaraku bersilaturahmi. Begitu gumamku dalam hati yang beriak namun tak terdengar.
Jangan Pisahkan kami dalam rangkaian ataupun rekatan yang sudah terbentuk dari yang kuasa. Berapa kata terurai dalam setiap pertemuan tak meredamkan arti gejolak darah yang ingin bertemu dan bercerita. Waktu adalah rekaman momen tak terelakkan dan merugilah ketika momen itu terabaikan. Bersedihlah wahai kamu yang tak tenggelam dalam larut senggama jiwa dalam ikatan batin ini (Baca; Silaturahmi).Â
Pergilah dengan keyakinan kamu bila momen itu bisa berulang dan tiaraplah atas pendirian yang tegar jika mampu berdiri sendiri. Kembali lagi "Hey aku pulang ke tanah leluhur, lantas kamu ? " Kuharapkan kamu ada di setiap waktu ketika kami merenung bahwa kami adalah bersaudara dan sepenanggungan dalam ikatan darah yang memang tercipta, darah Mbah Ngadiso sang leluhur bagi kami pewaris keturunannya. Sampai jumpa dalam keabadian yang terekam dalam rajutan sejarah yang belum tercipta sebelumnya dalam Trah Mbah Ngadiso 2021.
(Isk)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H