Mohon tunggu...
Ayah Farras
Ayah Farras Mohon Tunggu... Konsultan - mencoba menulis dengan rasa dan menjadi pesan baik

Tulisan adalah bagian dari personal dan tak terkait dengan institusi dan perusahaan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Matinya Logika, Lupakan Politik, Tuhan Tak Izinkan Syukuri Seseorang Terkena Covid-19

3 Desember 2020   16:47 Diperbarui: 3 Desember 2020   19:48 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Negara ini sungguh aneh dan tenggelam dalam carut marut yang sungguh aneh sekali lagi. Nah kan negara luarpun akan aneh rasanya melihat fenomena yang ada di negara Indonesia. Betapa tidak, covid 19 ya virus yang sudah menelan korban jiwa dan sedang ditanggulangi sebab dan akibatnya menimbulkan fenomena politik. 

Tolong lupakan Politik karena Tuhan-pun tak  Izinkan Syukuri Seseorang terkena Covid 19, Covid 19 Adalah Musibah !! Dengan hati miris tentunya sebagai hamba Allah percaya bahwa ini adalah masalah bersama tak perlu saling mensyukuri atas penyakit yang didera sesama umat manusia atas nama kemanusiaan. Kemanusiaan adalah diatas politik dan segeralah lupakan perbedaan dan kepentingan sesaat.

Hal ini sungguh mengerikan dikarenakan memang dampak Covid 19 memang nyata dan ada di sekitar kita. Sungguh lelah lihat perkembangan yang ada di kala para aktivis dan dokter sudah berteriak bahwa Covid memang ada di lain tempat tetap berjalan seperti biasanya seakan tak ada peristiwa menakjubkan.

Para dokter yang juga aset bangsa bertumbangan. Arti bertumbangan tak hanya fisik namun jiwanya ikut tumbang. Miris memang jika kita sekedar melihat angka namun ada angka kualitas bahwa dokter sendiri merupakan garda penjaga kesehatan suatu bangsa.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daerah Jawa Barat menyatakan sampai dengan bulan November 2020, sebanyak 162 dokter meninggal terpapar COVID-19 di seluruh Indonesia. Kasus paparan COVID-19 yang terakhir, terjadi di akhir bulan Oktober dan awal bulan ini.

Menurut Ketua IDI Daerah Jawa Barat Eka Mulyana, tingginya jumlah dokter meninggal akibat COVID-19 tidak hanya akibat melakukan kontak langsung dengan pasien yang terpapar. Melainkan pula dipicu oleh menurunnya daya tahan tubuh dokter, karena kurangnya jam istirahat. Kutipan dari liputan6.com (04 Nov 2020) 

Dokter adalah bagian manusia juga yang memang menjalankan tugas kemanusiaan tanpa beban apapun. Percayalah bahwa semua bisa disadur dan bisa dicerna dari para penyintas covid 19 bagaimana dengan penanganan para dokter diantara hidup dan mati bertarung sama-sama keluar dari permasalahan.

Habislah lama kelamaan stok manusia terbaik di lingkup kesehatan bumi Indonesia jika tak serius tangani covid 19.

Lupakan Politik  kedepankan kepentingan rakyat !!

Jelas saja Covid 19 harus diluluhkan dari kesenangan politik. Covid 19 ya penyakit yang mesti dihadapi dan diantisipasi bersama dan bukan hanya Indonesia saja. Pertanyaannya apakah Covid 19 hanya ramai dan riuh di politik Indonesia saja ? 

Serahkan semuanya secara bijak ke pemegang pengetahuan dan kebijakan ditangan ahlinya. Siapa? ya para ahli kesehatan seperti pandemiologi, Virologi dan sekitarnya kalau kita mau legowo. Itu juga kalau mau dan serius hadapi permasalahan di depan mata yang semenjak kehadirannya seperti tak serius dalam penanganannya. 

Mulai dari penyambutan wisatawan dari luar negeri di awal 2020 dan kemudahannya, pakai empon-empon untuk hadapi corona, goyang ubur-ubur, hanya yang sakit yang gunakan masker dan lain-lainnya sampai pilah-pilih yang melanggar protokol kesehatan. Namanya melanggar ya pelanggaran segera tetapkan hukum baku bagi siapapun yang melanggar ketetapan yang berlaku di Indonesia. Kita sebagai rakyat Indonesia semestinya mendukung setiap kebijakan yang diterapkan diseluruh wilayah.

Lucunya di masa sekarang jadi terlihat lucu bahkan terkesan main politik-politikan. Semua dikait-kaitkan dengan politik yang buat semua jadi terkesan ramai.

Masa iya dukung mendukung hasrat politik jadi doa mustazab atas virus covid 19? apa iya semua jadi ramai atas permasalahan yang ada terkait Covid 19 ? Ayolah semua satu darah di tanah air yang sama tanah Indonesia.

Ramai di Netizen seorang Komisaris yang baru diangkat di BUMN mengumpat dan terlihat bersyukur atas ter-covidnya Anis Gubernur DKI. Tentu juga hal ini seharusnya jadi perhatian Erick Tohir selaku Menteri BUMN. 

Apa iya setelah diberi jabatan komisaris setelah membela kepentingan politiknya belum juga selesai masalah dapur atau kenegarawanannya atau dendam kepentingan agar terus diperhatikan? Ini semua adalah masalah hati yang jika tak mau dibilang busuk atau tak mau berbaur menyatu. Bahkan ada hastag-hastagan bersyukur atas lawan politik yang terkena covid 19.

Semua harus disudahi sebab ada permasalahan utama yang terlupakan yaitu masalah perut rakyat bangsa ini. Mau Gubernur, Menteri dan pejabat tinggi lainnya bahkan Presiden semua berpeluang terkena covid 19 apalagi rakyat biasa. Silahkan saling cakar dan pilih media serangnya dimanapun asal rakyat aman dan terlindungi dari virus rasa kebencian dan saling menindas serta perut aman dari rasa lapar.

Fokus negara saat ini tak hanya Habib Rizieq masih ada separatisme di Papua, resesi ekonomi tetapi ya perut rakyat yang tak bisa ditunda-tunda selain perlindungan kesehatan atas covid 19. 

Sebagai rakyat tentu akan ucapkan selamat bertugas kepada presiden dan jajarannya dalam mengemban tugas yang sudah diamanahkan terlebih juga para penikmat gula kekuasaan yang masuk dalam komisaris BUMN ternama dengan gaji menggiurkan. 

Namun kepentingan rakyat ya tetaplah diutamakan dan tetap bersuara atas nama rakyat tentunya. Hal ini tentu jadi perhatian bersama agar roda pemerintahan tetap berjalan seperti biasanya dan menutup rongga lapar dari kecemasan yang sudah menunggu di depan mata alias krisis. Silahkan terus bertarung dalam dendam politik, namun rakyat hanya tahu makan dan kenyamanan serta keamanan dalam berbangsa dan bernegara.

(Isk)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun