Mohon tunggu...
Ayah Farras
Ayah Farras Mohon Tunggu... Konsultan - mencoba menulis dengan rasa dan menjadi pesan baik

Tulisan adalah bagian dari personal dan tak terkait dengan institusi dan perusahaan

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Ketahuilah Menulis adalah "Passion", Menghasilkan dan Bebas Etika?

24 November 2020   23:51 Diperbarui: 25 November 2020   00:39 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ah kamu.. "Masa ngga bisa nulis sih padahal kamu seneng ngomong atau bicara". Ya bukan itu sih sebenernya ngga cuma hanya asal ngomong atau bicara tapi kalau tumpah jadi tulisan ya emang berat banget" Begitu kata yang ragu atas tulisan dan tak bisa menulis. Lagian kamu juga ndak pernah juara koq di Kompasiana' pungkas kawan tersebut. Sambil senyum meledek sambil pelan berlari. 

Semua sebenarnya bisa menulis hanya saja ada perbedaan dalam cara menumpahkan. Kalau menurut saya sih ya ada banyak hal yang membedakan dan utamanya ya beda kultur, latar belakang, bahasa daerah. Ketidak yakinan dan kebiasaan sehari-hari akhirnya tak jadilah sebuah tulisan. Bahasa adalah persoalan rasa di mana ada yang cocok dan tepat pasti akan berkata "tulisan kamu pas banget, cocok bahkan sejalan"." Ihhh emang bener ya' dan lain-lainnya. 

Motivasi menulis juga punya latar belakang yang berbeda-beda. Ada yang memang kewajiban, ada yang memang tugasnya, ada juga yang memang hobi. 

Semua punya benefit atau keuntungan akibat bisa menulis. Percayalah kemampuan menulis bisa menyampaikan pesan secara utuh dan berakibat sukses dari polemik yang tercipta baik sengaja maupun tidak. 

Motivasi menulis ada banyak hal yang mendorong aktif hasilkan kreasi  berujung uang yang tertuang pada zaman sekarang.Tak harus melalui kertas atau ketikan pada mesin ketik jadul (jaman dulu). 

Dalam masa sekarang menulis tak hanya milik dominasi penulis, wartawan bahkan penerbit tetapi semua menulis dan tayang bebas. Semuanya bisa menulis dengan wadah yang sudah banyak tersedia. Opini publik bahkan bisa mengalahkan seluruh tulisan yang terangkum dan tercipta dari jurnalisme resmi. 

Kompasiana adalah bagian dari wadah tersedia di antara lainnya. Hal inilah yang mesti dimanfaatkan khalayak agar bisa menumpahkan gagasan, kritik, masukan hingga saran kepada siapapun dengan standar pengawasan tentunya. 

Percayalah tanpa reward ataupun stimulan atas tulisan semua yang memiliki 'passion' menulis tetap lanjut menulis sekalipun tak juara ya dalam kompetisi atau tematik. Telurkan karya tulisan adalah kepuasan dan jadi evaluasi pribadi sebagai landasan perbaikan materi tulisan. Percayalah karya tak membohongi hasil. 

Menulis adalah Karir

Jelas dan sangat terbukti bagi yang menjalani. Menulis jadi karir bagi wartawan, editor  dalam industri media serta penulis buku. Namun dalam kondisi saat ini penulis konten dan bahkan kreator konten produk terjaring dalam industri nikmatnya sebaran konten dan produk komersial dengan narasi yang tak sekaku di tv dan radio serta media online. Masa pandemi ini apalagi coba selain betapa derasnya konten produk yang membutuhkan narasi bebas dan desain graphis yang " out of the box" aturan. Kemenangan momen tentu jadi nilai lebih para konten producer saat ini. 

Padahal dalam masa jauh-jauh sebelumnya dalam menciptakan konten kreator adalah hal yang berat. Kebutuhannya adalah Studio, pencipta naskah, editing, setting lokasi bintang utama dalam tayangan dan bla bla bla semua terasa berat secara siklus produksi. Inilah masa akhir keemasan para bintang televisi dengan segala usahanya sekalipun give away bertebaran diumbar tertimpa fenomena sosial yang diangkat melalui media sosial. 

Radio and TV star "killed by the time" mungkin bisa seperti itu istilahnya ya. Sebab semua bisa berproduksi dengan keahlian dan keunikan tanpa beban komersial terikat kontrak yang membatasi kreatifitas  di akun media sosial yang tersedia. TV program bisa dipastikan di ujung kematian. 

Tentu saja dunia konten narasi jauh dari dunia jurnalisme yang ada saat ini dengan aturan dan mekanisme yang sudah tampak. Tak terikat etis dan kaidah yang sudah ditetapkan  di wadah kesatuan jurnalis resmi. Sebut saja Podcast yang marak saat ini. Betapa tidak bahwa media mainstream pun tak lepas mengambil dan meng-copas narasi hasil wawancara podcast hingga jadi berita. Ya semuanya tentu butuh kepiawaian penulis menarasikan atau mentranskrip suatu permasalahan menarik dari hasil wawancara di podcast atau kanal YouTube. 

Kaidah yang keluar dalam masa kekinian tentunya berbeda dengan masa-masa tahun sebelumnya kalau boleh disebut kekinian.

Lihat saja postingan netizen bahkan video dengan narasi yang bebas batasan kaidah narasi. Ah... Bebas-bebas saja sekalipun narasi menyangkut masalah publik.  Semua berjalan seperti tanpa pengawasan walaupun sebenarnya ada.

Narasi secara politik baik pendukung pemerintah maupun oposisi semua bebas sensor tanpa edit. Hemmm...hmmmm..tuntas kan yang dimaksud artinya kita seakan memasuki 'new world' tanpa batas. 

Kemampuan menulis jadi senjata ampuh buat sampaikan pesan? Jelas produksi bebas lepas tanpa beban adalah tulisan. Hanya melepas rangkaian kata semua bisa membaca pesan tanpa batasan dan tak perlu waktu produksi lama. 

Penulis adalah penulis semua terekam dalam otak. Tak bisa diketahui sebelum gagasan keluar dan tertumpah. Kata-kata adalah percakapan yang diumbar setelah rangkaian kalimat yang tuntas tak bisa ditahan maupun disanggah. 

Lantas bagaimana dengan fotografi?.. Hemmm rasanya koq juga sama ya tergerus juga dengan dukungan teknologi via smart phone yang ada terkini. Maaf, ini cuma rasanya lohh.. Hal yang membedakan mungkin saja analisis, cerita dan pandangan sudut foto. Di antara semua tersebut penulislah yang tak bisa tergeserkan. Sebab tulisan tak terbatasi dan punya nilai interpretasi yang sangat variatif. Teknologi yang akan terus beranjak namun cerita yang dituntut mengajak

(Isk) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun